kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menko Kemaritiman pilih opsi pipa gas dari Masela


Senin, 21 September 2015 / 19:33 WIB
Menko Kemaritiman pilih opsi pipa gas dari Masela


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Keinginan Inpex Corp sebagai operator di Lapangan Abadi, Blok Masela untuk menambah kapasitas pengolahan LNG terapung atau floating LNG dari 2,5 juta ton per tahun menjadi 7,5 ton per tahun rasanya tidak bisa segera terealisasi.

Menteri Kordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli justru memerintahkan Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM untuk mengkaji ulang opsi pembangunan LNG terampung dan menambah opsi untuk membangun pipa-pipa gas dari Lapangan Abadi ke Pulau Arun.

Rizal bilang, Lapangan Abadi di Blok Masela diprediksi memiliki cadangan gas hingga 10,7 tcf (trillion cubbic feet). Sehingga proyek ini memiliki keuntungan secara finansial yang cukup menarik. Rizal menghitung dengan internal rate of return (IRR) mencapai 15,04%, maka pendapatan pemerintah Indonesia bisa mencapi $ 43,8 miliar dari lapangan tersebut.

Untuk itu, pemerintah pun mengkaji opsi LNG yang paling ekonomis dan menguntungkan untuk dibangun di sana. Menurut hitungan Rizal, jika membangun LNG terapung dibutuhkan dana investasi sebesar US$ 19,3 miliar. Sementara jika membangun pipa-pipa gas dari Lapangan Abadi ke Pulau Aru sepanjang 600 KM, hanya dibutuhkan biaya investasi sekitar US$ 15 miliar.

Dengan dana yang lebih murah, pembangunan pipa-pipa gas tersebut bisa membuat Pulau Aru menjadi lebih berkembang seperti layaknya Kota Balikpapan yang berkembang sejak ada Total yang menemukan kandungan migas di wilayah tersebut.

"Kalau kita bangun pipa ini sampai ke Pulau Aru, pada dasarnya kita akan bisa membangun kota dalam 10 tahun, mungkin bisa sebesar Balikpapan,"ujar Rizal pada Senin (21/9).

Selain itu, dengan membangun pipa-pipa dan fasilitas onshore di Pulau Arun, maka bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar di daerah tersebut. Ditambah dengan meningkatnya kandungan muatan lokal dalam proyek pembangunan pipa gas sepanjang 600 km. "Industri kita juga bakal hidup. Belum lagi pembangunanya, belum nanti industri downstream-nya yaitu petrochemical, pabrik pupuk, "kata Rizal.

Di sisi lain, pembangunan pipa-pipa gas tersebut dianggap Rizal bisa lebih memudahkan jika nantinya ditemukan cadangan-cadangan gas lainnya di sekitar Lapangan Abadi. Sehingga operator migas tidak lagi membangun floating unit yang biayanya sangat mahal ketika menemukan cadangan gas baru.

"Jadi kami minta ke ESDM, ke teman-teman SKK Migas dan Ditjen Migas supaya dievaluasi yang betul, menyeluruh, dan komprehensif pilihan mana yang paling baik untuk Indonesia. Apakah membangun floating LNG atau membangun pipa gas sepanjang 600 KM ke Aru," kata Rizal.

Secara pribadi, Rizal bilang, dirinya lebih senang jika dibangun pipa-pipa gas hingga ke Pulau Aru agar bisa membangun wilayah Indonesia Timur. Sehingga tidak hanya operator mengambil gas dari lapangan tersebut dan dijual untuk diekspor. Namun juga bisa menarik manfaat lapangan gas tersebut untuk membangun wilayah Indonesia Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×