Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggelar audiensi dengan AGC Group. Pada kesempatan tersebut, Kemenperin meminta AGC Group menjadikan Indonesia sebagai pusat operasi di regional Asia Tenggara.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dengan jajaran Direksi AGC Chemicals Company, Jepang dan PT Asahimas Chemical.
Pertemuan yang berlangsung pada Rabu (22/10/2025) ini dihadiri oleh President of AGC Chemicals Company, Tatsuo Momii; Executive Officer of Essential Chemicals General Div. Yoshihisa Horibe; Presiden Direktur PT Asahimas Chemical, Eddy Sutanto; dan Wakil Presiden Direktur PT Asahimas Chemical, Kazunori Uchigashima.
Baca Juga: Menperin Rayu Xiaomi untuk Perluas Investasi Produksi Tablet dan Mobil Listrik di RI
Dalam audiensi tersebut, Menperin meminta PT Asahimas Chemical dan induk perusahaannya, AGC Chemicals Company, untuk mempertimbangkan pemindahan kantor pusat regional dari Thailand ke Indonesia.
“Indonesia memiliki pasar besar, tenaga kerja kompetitif, dan ekosistem industri yang semakin matang. Sudah saatnya Indonesia menjadi pusat kendali operasi AGC di Asia Tenggara,” ungkap Agus.
Menurut Agus, langkah tersebut akan memperkuat komitmen investasi AGC yang telah mencapai US$ 1,6 miliar melalui PT Asahimas Chemical.
Sekaligus menegaskan kepercayaan global terhadap prospek industri manufaktur nasional. Adapun, perusahaan yang beroperasi selama 36 tahun di Cilegon ini telah menyerap tenaga kerja lebih dari 3.000 orang.
Saat ini, PT Asahimas Chemical memproduksi tiga komoditas utama yang menjadi fondasi bagi berbagai industri manufaktur. Meliputi Polivinil Klorida (PVC) dengan kapasitas sebesar 750.000 ton per tahun, Kaustik Soda (NaOH) dengan kapasitas sebesar 679.800 ton per tahun, dan Monomer Vinil Klorida (VCM) dengan kapasitas sebesar 800.000 ton per tahun.
Baca Juga: Menperin Siap Tindak Tegas Dugaan Mafia Kuota Impor Tekstil
Produk-produk PT Asahimas Chemical memenuhi kebutuhan bahan baku bagi lebih dari 400 industri turunan di dalam negeri maupun mancanegara. Mulai dari industri pipa plastik, komponen otomotif, peralatan rumah tangga hingga infrastruktur konstruksi.
“Keberadaan PT Asahimas Chemical berperan penting dalam memperkuat struktur industri kimia nasional, terutama dalam rantai pasok sektor PVC dan chlor-alkali yang menjadi bahan dasar bagi berbagai sektor manufaktur strategis,” ungkap Agus.
Dalam pertemuan tersebut, Menperin menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga iklim usaha industri PVC dan produk turunannya melalui revisi SNI 59:2017 tentang Resin PVC.
Revisi ini bertujuan menjadikan SNI PVC sebagai instrumen non-tarif (NTB) untuk melindungi industri dalam negeri sekaligus menjamin keamanan konsumen.
Kemenperin merujuk pendekatan dengan mengatur standar bahan baku, karena kandungan merkuri dalam produk akhir sulit dideteksi melalui alat uji laboratorium.
“Revisi SNI ini bukan sekadar panduan teknis, tetapi langkah strategis untuk memperkuat kemandirian industri hulu kita,” jelas Agus.
Berdasarkan data Kemenperin, rata-rata utilisasi produksi PVC mencapai 88% dalam lima tahun terakhir, dengan nilai ekspor US$ 321,3 juta dan impor US$ 53,8 juta pada tahun 2024. Meski surplus, impor PVC dari Tiongkok meningkat signifikan hingga 22,2% per tahun, karena adanya pengalihan arus perdagangan akibat hambatan non-tarif di negara lain seperti India dan Australia.
Baca Juga: Menperin Ungkap Penopang Industri Manufaktur yang Tumbuh 5,68% pada Kuartal II-2025
Selain itu, Menperin menyoroti pentingnya ketersediaan bahan baku garam industri, yang merupakan input vital bagi industri chlor-alkali plant (CAP) dan soda ash.
Data Kemenperin mencatat kebutuhan garam industri CAP mencapai 2,3 juta ton per tahun, sementara pasokan domestik masih bergantung pada impor hingga 90%.
“Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pengembangan industri garam nasional. Pemerintah akan memperkuat industrialisasi garam untuk mendukung substitusi impor dan memastikan ketersediaan bahan baku bagi industri kimia,” tegas Agus.
Di sisi lain, Menperin juga menegaskan pentingnya pasokan gas bumi bagi industri nasional, yang antara lain dilakukan melalui program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
Baca Juga: Pasar Tumbuh Signifikan, Menperin Ungkap Peluang Indonesia di Industri Halal Dunia
“Dampak HGBT lima kali lipat lebih besar dibandingkan nilai fasilitas yang diberikan. Ini bukti bahwa kebijakan energi kita efektif memperkuat daya saing industri," pungkas Agus.
Selanjutnya: Penjualan Inchcape GWM Tumbuh hingga September, Ditopang SUV Tank 300 Diesel & ORA 03
Menarik Dibaca: Mau Rumah Tampak Mewah Tanpa Repot? Coba Gunakan Sintered Stone
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













