Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta proyek Liquefied Natural Gas (LNG) Abadi, Blok Masela untuk onstream lebih awal dari jadwal.
Proyek yang semula ditargetkan onstream pada 2027 ini diminta untuk dapat onstream setahun lebih awal yakni di 2026 mendatang.
Arifin menjelaskan, niatan mempercepat proyek agar dampak kehadiran Masela dapat dirasakan lebih awal terutama dari sisi pendapatan.
Baca Juga: SKK Migas dorong pembelian gas Masela demi percepat proyek
"Supaya dapat revenue, kalau bisa 2026 ya 2026," ungkap Arifin ditemui di Jakarta Rabu malam (19/2).
Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto bilang langkah percepatan proyek dimungkinkan pasca adanya kepastian soal lahan.
"Jadwal awal untuk konstruksi dimulai di 2022, tapi kita sudah komitmen untuk dipercepat. Pembebasan lahan yang targetnya dua tahun, kita sudah bertemu gubernur dan ditargetkan bisa kalau setahun," terang Dwi.
Dwi menjelaskan, pengadaan lahan ditargetkan selesai pada tahun 2020 sehingga pada tahun depan proses konstruksi sudah dapat dimulai.
Disisi lain, SKK Migas dan Inpex Masela Ltd juga terus mengupayakan komitmen pembelian gas. Jika pembelian gas telah mencapai 80% dari total kapasitas produksi maka proses Final Investment Decision (FID) juga dapat dimulai.
"Karena kalau sudah FID, konstruksi (bisa) jalan, pendanaan bisa didapat karena sudah ada kesepakatan-kesepakatan yang sudah kita kejar," terang Dwi.
Selain itu, Dwi menuturkan, nantinya dalam pengerjaan proyek akan mengadopsi skema dual feed dimana proses Engineering Procurement Construction (EPC) dan Front End Engineering Design (FEED) dilakukan beriringan.
Dwi menjelaskan hingga saat ini proses tender masih berlangsung untuk menentukan kontraktor pelaksanaan proyek. Kendati demikian, ia belum mau mengemukakan soal proses ini.
Kontan.co.id mencatat, SKK Migas diminta untuk memprioritaskan lead consortium di-handle oleh perusahaan lokal saat dual Front Engineering End Design (FEED) dan EPC untuk Kilang LNG dan Floating Production Storage & Offloading (FPSO) di proyek Lapangan Gas Abadi blok Masela, Laut Timor,Maluku.
Pasalnya, Direktur Eksekutif Gabungan Asosiasi Usaha Penunjang Energi dan Migas (Guspenmigas) Kamaluddin Hasyim menyebut pihaknya mendapat kabar bahwa SKK Migas meminta lead consortium-nya bukan dari perusahaan lokal namun mengedepankan perusahaan internasional ketimbang dalam negeri Indonesia.
Baca Juga: Kementerian ESDM siap dorong pengajuan rencana pengembangan lapangan migas di 2020
"Itu sebabnya kami meminta SKK Migas jangan setengah hati mendukung P3DN di proyek Masela dan project-project lainnya di lingkup migas," kata Kamaluddin Hasyim dalam keterangan pers.
Guspenmigas mendapatkan informasi bahwa lelang pra kualifikasi FEED di proyek Kilang LNG Masela memilih konsorsium project dengan lead-nya perusahaan asing. Padahal, secara portofolio kemampuan perusahaan dalam negeri Indonesia sudah sederajat dengan perusahaan asing.
"Saya mengingatkan dan mengharapkan ke K3S Inpex, semua Barang dan Jasa. yang ditawarkan oleh anggota Guspenmigas wajib bisa masuk ke proyek Masela. Kenapa? Karena Anggota Asosiasi dan perusahaan yang sudah berpengalaman diberbagai proyek. LNG Tangguh, Badak, Arun, dan sudah pernah kita kerjakan dan dipakai barangnya. Sedangkan untuk Kilang RDMP kita sedang berproses untuk dikerjakan, dan di-supply barangnya atas dasar pengalaman dan kemampuan di Indonesia," jelas Kamaluddin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News