kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.819.000   -7.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Menteri Investasi: Konstruksi Smelter Freeport di Gersik Rampung Tahun Ini


Kamis, 16 Februari 2023 / 16:44 WIB
Menteri Investasi: Konstruksi Smelter Freeport di Gersik Rampung Tahun Ini
ILUSTRASI. Konstruksi pembangunan smelter untuk tembaga milik Freeport Indonesia di Gresik, diperkirakan akan rampung di tahun 2023 ini. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/Zk/aww.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan, konstruksi pembangunan smelter untuk tembaga milik Freeport Indonesia di Gresik, diperkirakan rampung tahun 2023.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, saat ini progress smelter tersebut sudah mencapai 50% dan akan menjadi salah satu smelter tembaga terbesar di dunia dengan investasi mencapai sekitar US$ 3 miliar.

“Harusnya saya besok ke sana, ke Gersik tapi karena ada satu dan lain hal sehingga kami kami menunda dulu. (Smelter) itu salah satu smelter tembaga terbesar di dunia,” tutur Bahlil dalam Konferensi Pers Investasi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi, Kamis (16/2).

Baca Juga: Menteri ESDM: Pemerintah Tegas Jalankan Kebijakan Larangan Ekspor Mineral Mentah

Bahlil menjelaskan terkait alasan semua smelter yang ada di Indonesia dimiliki oleh pihak asing. Meskipun Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebagian besar dimiliki oleh orang Indonesia, tapi izin untuk smelter sangat sedikit yang dimiliki oleh orang Indonesia.

Alasannya, karena sektor perbankan nasional belum sungguh-sungguh dan berkontribusi membiayai pembangunan smelter, padahal smelter itu tidak bisa dibangun dengan APBN.

“Kenapa asing? karena bank asing yang dapat equity-nya 10%. Mereka punya teknologi. Artinya mereka bangun smelter di indonesia, mengambil bahan baku di Indonesia jadi di situ lah kolaborasi,” kata Bahlil.

Baca Juga: Proyek Hilirisasi Tambang di Indonesia Terganjal Banyak Masalah

Bahlil menyampaikan, sebenarnya sebenarnya pemerintah berkeinginan agar smelter-smelter yang ada bisa dimiliki oleh orang Indonesia. Untuk itu, pemerintah harus segera merelaksasi regulasi di perbankan, dan membuat pihak perbankan mau memberikan kredit dengan equity yang terjangkau sebagaimana yang kerap diberikan oleh bank-bank asing.

“Jadi jangan equity-nya 40%. Sementara di bank asing itu 10%,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×