kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.197   56,46   0,79%
  • KOMPAS100 1.106   11,25   1,03%
  • LQ45 878   11,38   1,31%
  • ISSI 221   1,04   0,47%
  • IDX30 449   5,97   1,35%
  • IDXHIDIV20 540   5,29   0,99%
  • IDX80 127   1,41   1,12%
  • IDXV30 134   0,41   0,31%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menteri Investasi: Konstruksi Smelter Freeport di Gersik Rampung Tahun Ini


Kamis, 16 Februari 2023 / 16:44 WIB
Menteri Investasi: Konstruksi Smelter Freeport di Gersik Rampung Tahun Ini
ILUSTRASI. Konstruksi pembangunan smelter untuk tembaga milik Freeport Indonesia di Gresik, diperkirakan akan rampung di tahun 2023 ini. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/Zk/aww.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan, konstruksi pembangunan smelter untuk tembaga milik Freeport Indonesia di Gresik, diperkirakan rampung tahun 2023.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, saat ini progress smelter tersebut sudah mencapai 50% dan akan menjadi salah satu smelter tembaga terbesar di dunia dengan investasi mencapai sekitar US$ 3 miliar.

“Harusnya saya besok ke sana, ke Gersik tapi karena ada satu dan lain hal sehingga kami kami menunda dulu. (Smelter) itu salah satu smelter tembaga terbesar di dunia,” tutur Bahlil dalam Konferensi Pers Investasi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi, Kamis (16/2).

Baca Juga: Menteri ESDM: Pemerintah Tegas Jalankan Kebijakan Larangan Ekspor Mineral Mentah

Bahlil menjelaskan terkait alasan semua smelter yang ada di Indonesia dimiliki oleh pihak asing. Meskipun Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebagian besar dimiliki oleh orang Indonesia, tapi izin untuk smelter sangat sedikit yang dimiliki oleh orang Indonesia.

Alasannya, karena sektor perbankan nasional belum sungguh-sungguh dan berkontribusi membiayai pembangunan smelter, padahal smelter itu tidak bisa dibangun dengan APBN.

“Kenapa asing? karena bank asing yang dapat equity-nya 10%. Mereka punya teknologi. Artinya mereka bangun smelter di indonesia, mengambil bahan baku di Indonesia jadi di situ lah kolaborasi,” kata Bahlil.

Baca Juga: Proyek Hilirisasi Tambang di Indonesia Terganjal Banyak Masalah

Bahlil menyampaikan, sebenarnya sebenarnya pemerintah berkeinginan agar smelter-smelter yang ada bisa dimiliki oleh orang Indonesia. Untuk itu, pemerintah harus segera merelaksasi regulasi di perbankan, dan membuat pihak perbankan mau memberikan kredit dengan equity yang terjangkau sebagaimana yang kerap diberikan oleh bank-bank asing.

“Jadi jangan equity-nya 40%. Sementara di bank asing itu 10%,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×