Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah produksi Gabah Kering Giling (GKG) pada September 2018 sebesar 5,17 juta ton (GKG) atau mengalami penurunan 29,3% dari 7,32 juta ton (GKG) pada Agustus 2018.
Namun menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Beras (Perpadi) Burhanuddin, produksi gabah ini tidak dapat diasumsikan sebagai kenaikan harga beras.
“Tapi kan kita belum punya data statistik beras. Cuma ada statistik gabah. Jadi produksi beras itu (saat ini) dihitung dari gabah saja kan,” kata Burhanuddi, saat dihubungi Kontan, Senin (1/10)
Sehingga jika dikaitkan dengan kenaikan harga beras berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang melonjak tidaklah tepat.
Ini karena indikator yang digunakan Kementerian Pertanian (Kemtan) adalah jumlah produksi gabah yang dikonversi menjadi jumlah produksi beras.
“Ternyata memang harga beras dan gabah bertahan pada harga yang tinggi. jadi itu hasil hitungan di konversi. Kecuali di penggilingan padi itu semua produsen beras di data, itu baru real (produksi beras),” ujarnya.
Diketahui pada beras premium per September 2018 naik 1,20% menjadi 9.572 per kilogram (kg), kualitas medium naik 1,50% menjadi Rp 9.310 per kg, dan kualitas rendah naik 1,65% menjadi 9.125 per kg.
Lebih lanjut Burhanuddin mengatakan, bisa saja produksi gabah memang meningkat , namun gabah tersebut tidak diproduksi menjadi beras. Sehingga beras yang beredar menjadi terbatas dan meningkatkan harga komoditas tersebut.
“Kan yang diperlukan berasnya bukan gabahnya. Kalau gabah yang dihasilkan tidak diolah jadi beras kan bisa saja berasnya sedikit. Nanti berasnya akan berkurang dan harga naik. Jadi harus di bedakan gabah dan beras,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News