kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merugi di semester I, peluang perbaikan kinerja Timah (TINS) diklaim masih terbuka


Jumat, 28 Agustus 2020 / 16:44 WIB
Merugi di semester I, peluang perbaikan kinerja Timah (TINS) diklaim masih terbuka
ILUSTRASI. Pekerja menurunkan timah dari kapal yang di angkut dari Belitung, Kepulauan Riau di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (11/1). PT Timah Tbk (TINS) memperkirakan produksi perseroan hingga akhir 2010 hanya bisa mencapai 39 ribu ton atau hampir sama den


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Timah Tbk sebenarnya tergolong mengecewakan sepanjang semester satu lalu lantaran mengalami rugi bersih mencapai Rp 390,07 miliar. Namun, manajemen emiten bersandi saham TINS tersebut meyakini masih ada ruang perbaikan kinerja di sisa tahun 2020.

Direktur Keuangan Timah Wibisono menyebut, peluang perbaikan kinerja bagi TINS tetap terbuka. Memang, di semester lalu TINS lalu menderita kerugian bersih yang secara akumulatif mencapai Rp 390,07 miliar.

Baca Juga: Jaga cashflow, Perusahaan Gas Negara (PGAS) pangkas capex sekitar 60%

Namun, jika dilihat secara bulanan, pelan tapi pasti kinerja bottom line TINS mulai membaik. Sebagai contoh, di bulan Januari lalu TINS mengalami kerugian bersih sebesar Rp 191 miliar. Nilai kerugian bersih TINS terus turun hingga bulan April lalu sebesar Rp 70 miliar. Bahkan, di bulan Mei dan Juni TINS berhasil mencetak laba bersih masing-masing sebesar Rp 43 miliar dan Rp 50 miliar.

Menurutnya, salah satu faktor perbaikan kinerja TINS adalah biaya bahan baku yang berhasil ditekan secara berkala.

Dia berujar, TINS menggunakan formula yang didasari oleh harga rata-rata timah global dalam waktu tertentu ketika hendak menentukan biaya bahan baku. Dalam beberapa kasus tertentu, hal itu agak kurang menguntungkan TINS lantaran mereka terlambat merasakan penurunan biaya bahan baku akibat efek koreksi harga timah global.

“Jadi waktu harga timah sempat anjlok ke level US$ 16.000 per ton, biaya bahan baku kami masih mengacu di harga yang lama ketika masih tinggi. Tapi sekarang akhirnya biaya tersebut bisa ditekan,” ungkapnya dalam paparan publik virtual, Jumat (28/8).

Baca Juga: Total Bangun Persada (TOTL) kantongi kontrak baru Rp 414 miliar hingga awal Agustus

Selain itu, modal TINS untuk bangkit juga terlihat dari membaiknya arus kas operasi di semester I-2020 menjadi Rp 3,17 triliun. Padahal, di semester yang sama di tahun sebelumnya arus kas operasi emiten tersebut berada di area negatif Rp 3,33 triliun.




TERBARU

[X]
×