Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan Angka Ramalam (Aram) II tahun 2015, produksi padi 74,99 ton giling kering giling (GKG). Berdasarkan data Aram II 2015 setelah dikurangi 7,3% gabah untuk penggunaan lain dan susut, diperoleh 69,52 juta ton gabah siap diolah menjadi beras.
Selanjutnya dengan menggunakan konversi gabah ke beras 62,74%, diperoleh produksi beras 43,61 juta ton. Karena itu, produksi beras 2015 ini lebih tinggi dari tahun 2014 sebesar 41,20 juta ini menunjukkan kondisi pasokan beras lebih baik dari tahun sebelumnya.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian (Kemtan) Suwandi mengatakan besarnya konsumsi besar dengan menggunakan standar konsumsi 124,89 kg per kapita per tahun dan penduduk tahun 2015 sebanyak 255,46 juta jiwa, maka diperoleh kebutuhan konsumsi beras 31,90 juta ton dan kebutuhan beras untuk penggunaan non pangan sebesar 1,45 juta ton.
"Dari perhitungan ini diketahui pasokan beras 43,61 juta ton, sementara konsumsi pangan dan non pangan 33,35 juta ton, sehingga terdapat selisih lebih 10,25 juta ton," ujar Suwandi, Selasa (3/11).
Suwandi bilang, pasokan berlebih tersebut berada di masyarakat dalam bentuk stock yang tersebar disimpan di Bulog, pedagang pengumpul, penggilingan, grosir, koperasi, pengecer, dan supermarket. Stock beras juga ada di konsumen terdiri dari rumah tangga, rumah makan, hotel maupun industri yang perhitungannya menggunakan survey stock. "Karena itu, pasokan beras cukup," imbuhnya.
Kemtan mendorong agar Bulog meningkatkan penyerapan beras petani pada saat musim panen dan di lokasi sentra padi yang tepat. Suwandi bilang, idealnya Bulog menyerap beras petani 12% dari kebutuhan konsumsi atau sekitar 3,5 juta ton dan stock pada akhir tahun sekitar 1,5 juta ton.
Bila stock dan cadangan pangan pada Bulog mencukupi maka tidak diperlukan impor beras. "Keterlambatan Bulog menyerap beras petani akan berakibat rendahnya cadangan pangan nasional," jelasnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan pada awal tahun depan pasokan beras akan tercukupi dari produksi dalam negeri. Apalagi pada bulan November ini sudah mulai memasuki musim hujan. Dengan demikian, musim tanam tidak mundur dan sudah bisa dilaukan pada bulan November.
Itu berarti pada bulan Januari sudah bisa dipanen dan demikian yang ditanam pada bulan Desember sudah bisa dipanen pada bulan Februari. "Jadi pada bulan Maret kita sudah bisa panen raya," imbuh Amran.
Amran mengatakan impor beras hanya sebagai cadangan saja mengantisipasi kenaikan harga beras di pasaran. Namun pada prinsipnya kebutuhan beras dalam negeri masih bisa dipenuhi dari produksi nasional. Sebab saat ini ada tanaman padi seluas 4,1 juta ton yang sudah ditanam dan sebagian sudah panen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News