Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tekstil dan garmen, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex mengaku belum memiliki rencana untuk memperbesar porsi penjualan ke Australia dalam total penjualan ekspor perusahaan. Dalam hal ini, berlaku perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) belum menambah minat Sritex untuk menggarap pasar pakaian jadi Negeri Kangguru.
Joy Citradewi, Corporate Communications Sritex memproyeksi, porsi penjualan Sritex ke Australia masih akan berada di bawah 5% dari total penjualan ekspor Sritex alias tidak jauh berbeda dengan porsi saat ini. “Jadi fokus saat ini masih di Asia, Eropa dan Amerika Serikat,” kata Joy Citradewi ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (6/7).
Baca Juga: IA-CEPA berlaku, Pan Brothers (PBRX) bakal tingkatkan penjualan ekspor ke Australia
Sebelumnya, penjualan ekspor Sritex memang didominasi oleh penjualan ke tiga wilayah tersebut. Mengintip laporan keuangan Sritex, penjualan ekspor perusahaan ke wilayah Asia tercatat sebesar US$ 111,22 juta atau setara dengan 58,80% dari total penjualan ekspor Sritex di kuartal I 2020.
Sementara itu, penjualan ke Eropa serta Amerika Serikat dan Amerika Latin menjadi dua wilayah yang memiliki kontribusi terbesar kedua dan ketiga dalam menyerap penjualan ekspor Sritex, yaitu sebesar US$ 28,93 juta atau setara dengan 15,29% dari total penjualan ekspor untuk Eropa, dan US$ 28,72 juta atau setara 15,18% dari total penjualan ekspor untuk Amerika Serikat dan Amerika Latin pada kuartal I 2020.
Penjualan Sritex ke Australia di kuartal I 2020 hanya menyumbang revenue sebesar US$ 556.567 atau setara dengan 0,29% dari total penjualan ekspor, sementara penjualan ekspor sisanya menyasar wilayah Uni Emirat Arab dan Afrika dengan nilai sebesar US$ 19,69 juta di kuartal I 2020.
Baca Juga: IA-CEPA resmi berlaku, begini respons pelaku usaha
Joy tidak menampik bahwa perjanjian IA-CEPA akan membuat produk Indonesia menjadi lebih kompetitif dibanding sebelumnya. Asal tahu saja, perjanjian IA-CEPA memang membuat barang-barang Indonesia yang masuk ke Australia menjadi tidak dikenai bea masuk.
Kendati demikian, Joy menilai bahwa hal ini tidak lantas membuat pasar tekstil dan produk tekstil (TPT) Australia menjadi lebih menarik dibanding sebelumnya. Menurutnya, pasar-pasar TPT ekspor seperti Asia, Eropa dan Amerika memiliki daya tarik yang lebih menarik lantaran memiliki ukuran pasar alias market size yang lebih besar, permintaan yang lebih tinggi, serta faktor-faktor lainnya.
“Australia pasarnya tidak terlalu besar, dan lagi loyalitas terhadap brand setempatnya juga besar,” ujar Joy.
Baca Juga: Hipmi: Alih teknologi dalam kerja sama IA-CEPA harus jalan
Sepanjang Januari-Maret 2020 lalu, Sritex membukukan penjualan bersih sebesar US$ 316,61 juta, atau turun tipis 0,07% dibanding penjualan pada periode sama tahun lalu. Secara terperinci, angka penjualan tersebut terdiri dari penjualan domestik sebesar US$ 127,47 juta atau setara dengan 40,26% dari total penjualan, serta penjualan ekspor sebesar US$ 189,13 juta atau lebih dari 59% dari total penjualan.
Meski mencatatkan penurunan pada sisi penjualan, Sritex berhasil membukukan pertumbuhan mini pada sisi bottom line. Melansir laporan keuangan interim perusahaan. laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih Sritex naik tipis 0,61% dari semula US$ 28,04 juta di kuartal I 2019 menjadi US$ 28,22 juta di kuartal I 2020.
Baca Juga: IA-CEPA resmi berlaku hari ini, bea masuk ekspor RI ke Australia jadi 0%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News