kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski pendapatan di semester I turun, restruksisasi Krakatau Steel (KRAS) tetap jalan


Minggu, 04 Agustus 2019 / 21:08 WIB
Meski pendapatan di semester I turun, restruksisasi Krakatau Steel (KRAS) tetap jalan


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor baja yang masih cukup besar masih membanjiri pasar domestik. Sepanjang Januari-Maret 2019, jumlah impor besi dan baja meningkat 14,75% secara year on year menjadi US$ 2,76 miliar. Di tengah kondisi ini, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berkomitmen untuk terus menjalankan program restrukturisasi.

Sepanjang Semester I 2019, KRAS berhasil meningkatkan penjualan untuk produk HRC (Hot Rolled Coil) dan Pipa baja dari periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 5,52% dan 18,63% menjadi 608.493 ton dan 46.949 ton.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) masih dalam tahap akhir kesepakatan restrukturisasi utang

Namun demikian, total keseluruhan penjualan menurun 16,78% menjadi 870.995 ton untuk periode yang sama dengan tahun 2018.

Hal ini disebabkan oleh menurunnya penjualan pada produk baja lainnya seperti cold rolled steel, wire rod, bars & section yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 47,44%, 77,62%, 39,44%, 44,82%. 

Penurunan penjualan terbesar terjadi pada produk wire rod menjadi 12.279 ton dari yang sebelumnya 54.858 ton di semester 1 tahun lalu. 

Maraknya baja impor dengan praktik unfair trade menjadi salah satu penyebab utama tidak terserapnya produk baja untuk infrastruktur tersebut.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) mulai cairkan pinjaman sindikasi senilai US$ 200 juta

Hal ini juga mendorong penurunan pada pendapatan Perseroan sebesar 17,82% menjadi US$ 702,05 juta dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Selain itu, kondisi yang menantang ini juga menggerus laba kotor Perseroan sebesar 76,11% atau menjadi US$ 23,98 juta YoY.

Sementara untuk rencana pengembangan kapasitas produksi baja, progres pembangunan fisik untuk pabrik hot strip mill 2 telah mencapai 94,49% pada Juni 2019. 

Seiring dengan selesainya pembangunan HSM2 ini kuartal II 2019, kapasitas pengerolan baja untuk produk HRC meningkat menjadi 3,9 juta ton per tahun.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Siap Melepas Tiga Anak Usaha untuk IPO

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, tantangan yang sangat nyata dihadapi adalah adanya impor baja yang masih tinggi menghantam industri baja nasional.

“Impor baja masih dominan dan menekan industri baja dalam negeri. Tingkat utilisasi produksi HRC saat ini masih di bawah 50%, karena porsi impor masih cukup dominan dalam pemenuhan baja domestik”, ujar Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam keterangan pers, Minggu (4/8).

Dihimpun dari data The South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI) pada tahun 2018, jumlah importasi baja di Indonesia mencapai 7,6 juta ton. 

Baca Juga: Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) genjot penjualan tanah di paruh kedua

Bahkan komoditas besi dan baja tercatat sebagai komoditi impor terbesar ke-3, yaitu sebesar 6,45% dari total importasi dengan nilai US$ 10,25 miliar (Badan Pusat Statistik, 2018).

“Data dari Badan Pusat Statistik, pada Januari - Maret 2019, jumlah impor besi dan baja meningkat 14,75% secara year on year menjadi 2,76 Milyar USD. Kenaikan impor produk tersebut menjadi yang terbesar keempat”, imbuh Silmy.

KRAS terus menjalankan program restrukturisasi agar kinerja Krakatau Steel dapat kembali optimal dan membukukan keuntungan. 

Baca Juga: Pendapatan naik 39,8%, kinerja Voksel Electric (VOKS) ditopang penjualan ke PLN

Restrukturisasi perusahaan yang dijalankan meliputi restrukturisasi hutang dan transformasi bisnis. Restrukturisasi ini bertujuan agar Krakatau Steel lebih efisien dan kompetitif di tengah persaingan industri baja global. 

Hal ini juga merupakan bentuk komitmen Perseroan kepada pemegang saham dan pihak stakeholder lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah optimalisasi aset-aset non core agar lebih berdaya guna, mencari mitra bisnis strategis.

Baca Juga: Penjualan Communication Cable Systems (CCSI) turun 16% di semester I 2019

Lalu spin off atau pelepasan unit kerja yang semula bersifat cost center dan hanya melayani induk perusahaan (KS) dan menjadi bagian dari pengembangan bisnis anak perusahaan sehingga bersifat profit center, serta perampingan organisasi. 

Langkah operasi lain yang tengah dilakukan adalah memperbaiki pola penjualan produk sehingga diharapkan akan menaikkan volume penjualan serta memperbaiki pola konsumsi energi dan peningkatan yield produksi di pabrik Hot Strip Mill untuk menekan biaya produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×