kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski puso meluas, petani optimistis target produksi tercapai


Selasa, 13 September 2011 / 17:02 WIB
Meski puso meluas, petani optimistis target produksi tercapai
ILUSTRASI. Seorang karyawan menunjukkan kepingan emas di kantor Pegadaian Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (15/10/2020). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/hp.


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mencatat luas lahan puso alias yang rusak pada periode Januari hingga Agustus 2011 naik 73,91% dari periode yang sama tahun lalu. Ketua Umum KTNA, Winarno Tohir, mengatakan, sejak Januari hingga Agustus 2011, luas sawah yang puso sudah mencapai 400.000 hektare (ha), padahal tahun lalu hanya sekitar 230.000 ha.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian mencatat pada Januari hingga Juli 2011, luas sawah yang terganggu mencapai 189.295 ha dan lahan puso 18.493 ha. Angka ini turun 41,11% dari tahun 2010 seluas 321.491 ha, dan yang puso 95.501 ha.

Winarno mengatakan, kerusakan lahan sebagian besar disebabkan oleh gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Curah hujan yang terlalu tinggi pada awal tahun ini membuat populasi hama dan OPT meledak sehingga produktivitas sawah yang terkena.

KTNA mencatat puso ini membuat produksi lahan turun 75% dari rata-rata produksi 5 ton per ha. Seluas 400.000 ha sawah yang seharusnya bisa memproduksi 2 juta ton gabah kering giling (GKG), hanya memproduksi 500.000 ton GKG. Meskipun lahan puso meluas, Winarno optimis target produksi 68,6 juta ton GKG bisa tercapai.

“Ini masih ada panen gadu ke dua, saat ini saya sedang di Kalimantan Timur, sudah panen dan sudah mau tanam gadu ke dua. Di sini hujan sudah mulai turun,” kata Winarno, Selasa (13/9).

Winarno mengatakan musim gadu ke dua dengan luas lahan 900.000 ha ini diperkirakan akan memproduksi 4,5 juta ton beras. Kepala Pusat Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Nurhayati, mengatakan, iklim pada bulan Agustus 2011 hingga Mei 2011 akan kembali normal.

“Agustus ini puncak musim kemarau sudah dilewati dan September kekeringan sudah membaik. Oktober kita perkirakan sudah mulai membaik, artinya sudah mulai turun hujan,” kata Nurhayati dalam konferensi pers Prakiraan Musim Hujan 2011/2012 di Kantor Pusat BMKG, Jakarta kemarin.

BMKG memperkirakan hujan akan intens mengguyur sebagian besar wilayah Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Bali serta Nusa Tenggara pada Oktober mendatang. Winarno mengatakan di Indonesia terdapat 220 zona produksi padi. Jika terjadi hujan pada 20% dari 220 zona itu, maka Angka Ramalan (Aram) II Badan Pusat Statistik (BPS) 68,6 juta ton GKG bisa terlampaui.

Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan, jika produksi petani baik, maka Bulog bisa lebih banyak menyerap beras dari dalam negeri. Saat ini rata-rata penyerapan dalam negeri Bulog mencapai 5.000 ton per hari.

“Kalau cuaca normal kembali seperti pada 2008-2009, penyerapan bahkan bisa lebih tinggi lagi, bisa sampai 10.000 ton,” kata Sutarto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×