kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Meski sempat malandai, harga kopi bakal makin pahit


Jumat, 15 April 2011 / 17:04 WIB
Meski sempat malandai, harga kopi bakal makin pahit
ILUSTRASI. Masa penawaran SBN ORI017 hingga 9 Juli. (Kemenkeu)


Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Fluktuasi harga kopi robusta tampaknya belum juga usai. Setelah naik pada Rabu (13/4) lalu, harga kopi robusta kini kembali terkoreksi. Perkiraan meningkatnya cadangan kopi dunia membuat harga kopi terdongkrak.

Berdasarkan data Bloomberg, harga kopi robusta di NYSE Liffe untuk pengiriman Mei 2011 ada di level US$ 2.466 per ton. Padahal, sehari sebelumnya harga kopi ini ada di level US$ 2.496 per ton. Bahkan, harga kopi jenis ini sempat menyentuh level tertingginya di harga US$ 2.615 per ton pada 17 Maret 2011.

Seperti dikutip Bloomberg kemarin, (14/4) stok kopi yang terpantau oleh NYSE Liffe menunjukkan peningkatan 26% dari 10 Januari 2011 menjadi sebanyak 276.630 ton pada 4 April 2011. "Kami memperkirakan pada Mei nanti stok kopi akan meningkat 7% menjadi sekitar 300.000 ton," ujar Andrea Thompson, Kepala riset dan analis The Belfast.

Andrea bilang, meningkatnya stok kopi ini disebabkan karena ada peningkatan pasokan kopi dari Vietnam, sebagai produsen kopi robusta terbesar di dunia. Badan Statistik Vietnam memperkirakan ekspor kopi Vietnam pada kuartal I tahun ini diperkirakan naik 46% ketimbang periode yang sama tahun lalu menjadi sebanyak 509.000 ton.

Meski harga kopi sedikit melandai akibat perkiraan melimpahnya pasokan kopi internasional, tapi penurunan harga kopi ini hanya bersifat sementara. Sabam Malum, Ketua Forum Kopi Sumatera Utara (FKSU) mengungkapkan, peningkatan pasokan kopi dari Vietnam tahun ini bukan berarti bisa mengembalikan pasokan kopi kembali ke posisi normal.

Apalagi, permintaan kopi dunia terus meningkat sehingga membuat harga terus melonjak. "Meningkatnya permintaan kopi karena jumlah konsumen semakin bertambah," ujarnya kepada KONTAN Jumat (15/4).

Bahkan, akibat pengaruh cuaca yang tak menentu membuat produksi kopi di beberapa negara produsen masih belum normal. Sabam mencontohkan, di Indonesia tahun ini produksi kopi juga belum akan pulih. “Buktinya biasanya April - Mei adalah musim panen raya kopi, tapi ternyata sampai saat ini belum terjadi panen raya," katanya.

Tahun ini, Kementerian Pertanian mematok produksi kopi nasional sebanyak 709.000 ton. Hanya saja, melihat kondisi yang cuaca yang belum kondusif, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir memperkirakan produksi kopi nasional tahun ini akan meleset sekitar 20% -30% dari target. Jika mengikuti hitungan ini, artinya tahun ini produksi kopi nasional hanya akan mencapai sekitar 496.300 ton - 567.200 ton.

Saat ini, harga kopi di tingkat petani sekitar Rp 20.000 per kilogram (kg). Harga ini naik dari tahun lalu yang sekitar Rp 13.000 per kg - Rp 14.000 per kg. Nah, ke depan, jika harga kopi terus berlanjut, Sabam memperkirakan harga kopi di dalam negeri bisa mencapai Rp 30.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×