kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Millenium Pharmacon (SDPC) tetap bidik pertumbuhan dobel digit tahun ini


Rabu, 27 Mei 2020 / 10:34 WIB
Millenium Pharmacon (SDPC) tetap bidik pertumbuhan dobel digit tahun ini
ILUSTRASI. perusahaan farmasi PT Millennium Pharmacon International Tbk SDPC


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

Sebelumnya di akhir tahun kemarin perusahaan baru menambah satu cabang baru di Manado, Sulawesi Utara. Menurut Ahmad, penambahan cabang tersebut mendorong penjualan di area wilayah Sulawesi.

Dimana pada tahun kemarin penjualan di area tersebut tercatat mencapai Rp 126,51 miliar atau tumbuh 36% dibandingkan periode tahun sebelumnya yang hanya Rp 97,14 miliar. Selain mempenetrasi pasar lewat banyak cabang, perusahaan juga akan memaksimalkan penjualan produk alat kesehatan seperti Alat Pelindung Diri (APD) dan suplemen atau multivitamin.

Dimana barang-barang tersebut mengalami lonjakan permintaan akibat pandemi covid-19 ini. Ahmad bilang perusahaan juga mempunyai beberapa prinsipal yang memproduksi produk tersebut.

Meski tak menjabarkan kontribusinya bagi keseluruhan bisnis SDPC, namun ia mengaku bahwa penjualan APD dan suplemen di awal tahun ini melonjak hingga dua kali lipat dibandingkan periode normal. Mengulik laporan keuangan perseroan di tahun 2019 lalu pendapat bersih SDPC tercatat senilai Rp 2,72 triliun atau tumbuh 14,7% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 2,37 triliun.

Baca Juga: Millenium Pharmacon (SDPC) targetkan pendapatan tumbuh 15% pada 2020

Sedangkan beban pokok mengempit dengan angka Rp 2,49 triliun di tahun 2019, naik sekitar 15,2% year on year (yoy). Sehingga laba kotor yang tercatat hanya sebesar Rp 228,75 miliar pada tahun 2019 atau tumbuh 8,8% dibandingkan tahun sebelumnya.

Pos beban lainnya juga tercatat mengalami kenaikan, khususnya biaya keuangan yang melonjak 52,5% yoy menjadi Rp 52,89 miliar pada tahun lalu. Biaya keuangan meningkat seiring kenaikan bunga atas utang bank. Dimana kata Ahmad, tahun lalu pembayaran rumah sakit dan pembelian obat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sering terlambat.

Hal itu membuat perusahaan kesulitan memperoleh uang tunai sehingga harus segera menalanginya dengan meminjam pada bank. Kondisi itu menyebabkan perolehan laba tahun berjalan SDPC di 2019 menjadi Rp 7,88 miliar atau anjlok 59,4% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×