kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mineral sumbang 30% dari penerimaan negara bukan pajak sektor minerba


Jumat, 21 September 2018 / 19:34 WIB
Mineral sumbang 30% dari penerimaan negara bukan pajak sektor minerba
ILUSTRASI. Bongkar muat batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor mineral menyumbang 30% dari total realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mineral dan batubara (minerba) per 13 September 2018. Secara keseluruhan, realisasi PNBP sudah 104,54% melampaui target.

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi PNBP sektor minerba sudah Rp 33,55 triliun. Padahal target yang dipatok hingga akhir tahun sebesar Rp. 32,09 triliun.

Rinciannya, Rp 6,09 triliun dari miineral dan Rp 27,45 triliun dari sektor batubara. Untuk mineral, angka Rp 6,09 triliun itu didapat dari iuran tetap sebesar Rp 251,8 miliar, dan royalti sebesar Rp 5,84 triliun.

PT Freeport Indonesia menjadi penyumbang terbanyak dengan Rp. 3,02 triliun, dengan royalti Rp. 3,01 triliun dan iuran tetap Rp. 5,94 miliar. Disusul oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara dengan Rp 310 miliar, dengan Rp 309 miliar royalti dan Rp. 1,33 miliar iuran tetap.

Sementara PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) ada diposisi ketiga dengan Rp 243,88 miliar. Rinciannya, Rp 237,21 miliar royalti dan Rp 6,67 miliar iuran tetap. “(Angka) itu Kontribusi PNBP Antam hingga periode Semester I tahun 2018,” ujar Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo kepada Kontan, Jum’at (21/9).

Menurut Arie, lancarnya sumbangan PNBP tersebut tak lepas dari peningkatan penjualan komoditas Antam. Baik dari penjualan ekspor maupun domestik.

Pada semester I-2018, Antam meraup laba bersih Rp 344,45 miliar. Jumlah itu tumbuh 169% dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 496,12 miliar pada periode yang sama di tahun 2017. “Pertumbuhan kinerja Antam terutama disebabkan dari kinerja produksi dan penjualan komoditas utama,” imbuh Arie.

Sebagai informasi, Penjualan emas Antam sampai pada Agustus 2018 sudah sebesar 18,09 ton. Terdiri dari 10,72 ton penjualan domestik, dan 7,37 ton penjualan ekspor. Total produksi emas hingga akhir tahun ini ditargetkan sebesar 25,4 ton. Sedangkan untuk penjualan ekspor dan domestik masing-masing ditargetkan sebesar 12,3 ton dan 13 ton.

Komoditas emas sendiri masih menjadi kontributor terbesar pendapatan Antam. Hingga Semester I-2018, emas berkontribusi sebesar Rp 8,20 triliun atau 69% dari total penjualan bersih Antam.

“Seiring dengan tren pertumbuhan permintaan komoditas yang meningkat, serta optimalnya operasi tambang dam pabrik-pabrik pengolahan mineral Antam, kami optimis dapat mencapai target,” imbuh Ari.

Sementara penyumbang PNBP terbesar keempat adalah PT. Agincourt Resources, yaitu dengan Rp. 233,26 miliar. Dengan iuran tetap sebesar Rp. 7,07 miliar, dan royalti Rp. 226,18 miliar.

Menurut Senior Manajer Corporate Communication PT Agincourt Resources Katarina Siburian Hardono, dalam setahun, perusahaannya memiliki potensi kontribisi royalti dari emas dan perak sebesar Rp. 307 miliar. 

Salah satu faktor pendorong angka PNBP, kata Katarina, adalah perubahan Kontrak Karya yang sebelumnya flat rate, sekarang perhitungannya menjadi emas sebesar 3,75% dan perak 3,25% dari pendapatan. “Kalau dari sisi produksi sejauh ini kami on track sudah mencapai 70% dari target,” kata Katarina.

Sementara menurut Direktur Penerimaan Minerba Kementerian ESDM Johnson Pakpahan PNBP yang sudah melampaui target ini juga ditunjang oleh sejumlah faktor. Antara lain, faktor harga di sektor minerba yang membaik, serta koordinasi dengan badan pengelola keuangan dan Dinas ESDM daerah. Karena pembayaran di sektor minerba kebanyakan menggunakan dollar Amerika Serikat, sehingga penurunan nilai Rupiah mempengaruhi pemenuhan target.

“Penagihan kita intensifkan, dan ada penghentian pelayanan bagi perusahaan yang nunggak. Jadi harus dibayar dimuka hasil penjualannya. Kira-kira itu yang berdampak signifikan mendorong kepatuhan perusahaan untuk membayar,” katanya.

Dengan data PNBP per 13 September yang sudah melampaui target, Johnson bilang, pihaknya memproyeksikan hingga akhir tahun 2018 ini, jumlah PNBP bisa mencapai Rp 40,6 triliun.

“Tahun 2019 kita dapat target Rp. 41,5 triliun. Mudah-mudahan, kalau kondisi sekarang dapat kita penuhi. Kami mempunyai tanggung jawab moral untuk bisa mencapainya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×