Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
“Seiring dengan tren pertumbuhan permintaan komoditas yang meningkat, serta optimalnya operasi tambang dam pabrik-pabrik pengolahan mineral Antam, kami optimis dapat mencapai target,” imbuh Ari.
Sementara penyumbang PNBP terbesar keempat adalah PT. Agincourt Resources, yaitu dengan Rp. 233,26 miliar. Dengan iuran tetap sebesar Rp. 7,07 miliar, dan royalti Rp. 226,18 miliar.
Menurut Senior Manajer Corporate Communication PT Agincourt Resources Katarina Siburian Hardono, dalam setahun, perusahaannya memiliki potensi kontribisi royalti dari emas dan perak sebesar Rp. 307 miliar.
Salah satu faktor pendorong angka PNBP, kata Katarina, adalah perubahan Kontrak Karya yang sebelumnya flat rate, sekarang perhitungannya menjadi emas sebesar 3,75% dan perak 3,25% dari pendapatan. “Kalau dari sisi produksi sejauh ini kami on track sudah mencapai 70% dari target,” kata Katarina.
Sementara menurut Direktur Penerimaan Minerba Kementerian ESDM Johnson Pakpahan PNBP yang sudah melampaui target ini juga ditunjang oleh sejumlah faktor. Antara lain, faktor harga di sektor minerba yang membaik, serta koordinasi dengan badan pengelola keuangan dan Dinas ESDM daerah. Karena pembayaran di sektor minerba kebanyakan menggunakan dollar Amerika Serikat, sehingga penurunan nilai Rupiah mempengaruhi pemenuhan target.
“Penagihan kita intensifkan, dan ada penghentian pelayanan bagi perusahaan yang nunggak. Jadi harus dibayar dimuka hasil penjualannya. Kira-kira itu yang berdampak signifikan mendorong kepatuhan perusahaan untuk membayar,” katanya.
Dengan data PNBP per 13 September yang sudah melampaui target, Johnson bilang, pihaknya memproyeksikan hingga akhir tahun 2018 ini, jumlah PNBP bisa mencapai Rp 40,6 triliun.
“Tahun 2019 kita dapat target Rp. 41,5 triliun. Mudah-mudahan, kalau kondisi sekarang dapat kita penuhi. Kami mempunyai tanggung jawab moral untuk bisa mencapainya,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News