Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA, anggota indeks Kompas100 ini,) sudah menyelesaikan akreditasi Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) ulang atau reakreditasi BPJS Kesehatan agar tidak diputus kontrak penyelenggaraan BPJS Kesehatan.
Seperti yang sudah diketahui, Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemkes, Bambang Wibowo, mendorong RS untuk melakukan proses akreditasi ulang atau reakreditasi agar RS tetap bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Hal ini dilakukan agar RS terus menyediakan akses kesehatan kepada masyarakat, terutama kepada peserta Jaminan Kesehatan Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Aditya Widjaja Investor Relation MIKA menjelaskan, pihaknya memang baru memasuki pasar BPJS Kesehatan pada 2018, sehingga masih mengantongi izin penyelenggaraan BPJS Kesehatan sampai akhir 2019 mendatang.
"Ada rumah sakit yang baru kami akuisisi, Kasih Group, yang belum akreditasi BPJS. Sebelum 30 Juni, kami akan daftarkan dan akreditasi ulang. Tapi secara keseluruhan, pihak kami tidak ada masalah soal birokrasi akreditasi ulang BPJS Kesehatan," jelas Aditya Widjaja kepada Kontan, Senin (13/5).
Lebih lanjut, karena baru menapaki pasar BPJS tahun lalu, Aditya mengaku besaran pendapatan perseroan dari BPJS Kesehatan belum terlalu maksimal. Bahkan di akhir tahun 2018, pendapatannya hanya menyumbang sebesar 8% dari total keseluruhan pendapatan perseroan.
"Tahun lalu pendapatan dari BPJS Kesehatan masih kecil karena kami baru mulai, kami sibuk sosialisasi, dan mendekati pihak Puskesmas agar pasien dapat direferensikan kepada kami. Semua butuh waktu. Namun kami yakin, tahun ini eksposur bisa lebih besar," lanjut Aditya.
Lebih lanjut, Aditya tidak menargetkan besaran target pendapatan secara khusus dari fasilitas BPJS Kesehatan tahun ini. Namun, secara kasar, pihaknya mencatat pertumbuhan eksposur BPJS Kesehatan pada Kuartal I-2019, yang meningkat sebesar 12%-13% dibandingkan tahun lalu.
Menilik laporan keuangan MIKA kuartal I-2019, pendapatan perseroan mencapai Rp 804,63 miliar atau naik 15,80% dari pendapatan Rp 694,83 miliar pada kuartal I-2018.
Pertumbuhan ini, disebut Aditya Widjaja, didorong oleh pasien rawat inap karena terjangkit Demam Berdarah (DBD). Secara khusus, fasilitas rawat inap juga terdongkrak sebesar 15%- 18% karena faktor yang sama.
"Ini merupakan pola awal tahun. Karena cuaca yang tidak menentu, banyak pasien terjangkit DBD. Ini yang menyumbang pendapatan besar di Kuartal I 2019. Bahkan dari sini, kami punya modal yang cukup sampai akhir tahun nanti," lanjut Aditya.
Sebagai informasi, MIKA sudah mengkonfirmasi membangun satu rumah sakit di daerah Surabaya pada 2020. Dana pembangunan tersebut disisihkan dari anggaran belanja modal (capex) 2019 senilai Rp 330 miliar, serta carry over tahun 2018, senilai Rp 200 miliar.
Pihaknya juga telah mengakuisisi RS Bina Husada dan RS Mutiara Hati pada Januari 2019. Dengan strategi tersebut di Kuartal I, MIKA menargetkan pihaknya dapat meraup peningkatan pendapatan sebesar 11% - 13% pada 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News