Reporter: Aulia Fitri Herdiana | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk tahun ini ingin lebih banyak mendapatkan kontrak jasa pengangkutan jangka panjang ketimbang kontrak spot. Target perusahaan perkapalan itu adalah 80% kontrak jangka panjang dan 20% kontrak spot.
Sebagai perbandingan, komposisi kontrak pengangkutan tahun lalu terdiri dari 60% kontrak jangka panjang dan 40% kontrak spot. "Perlahan, kontrak jangka panjang akan kami naikkan kembali," ujar Lucas Djunaidi, Wakil Direktur Utama PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk usai rapat umum pemegang saham (RUPS), Rabu (25/4).
Mitrabahtera memperkirakan, risiko sistem kontrak jangka panjang lebih kecil ketimbang kontrak spot. Pasalnya, perusahaan berkode saham MBSS di Bursa Efek Indonesia itu bisa lebih mudah menakar rasio perjalanan pengangkutan kapal.
Pada Januari 2018 lalu, Mitrabahtera telah mengantongi dua kontrak baru senilai US$ 80 juta. Sebanyak US$ 78 juta adalah kontrak dari PT Muji Line untuk durasi lima tahun. Lalu, US$ 2 juta adalah kontrak pengangkutan bijih nikel dan batubara di Kendari selama setahun dengan opsi perpanjangan setahun.
Untuk menunjang agenda bisnis tahun ini, Mitrabahtera berencana menambah 10 set barging atau kapal. Sebanyak sembilan kapal sudah mereka pesan. Targetnya adalah memiliki total 79 set kapal.
Asal tahu, tahun lalu Mitrabahtera terpaksa mengurangi enam set kapal karena faktor usia yang sudah uzur. Alhasil jumlah kapal yang semula 75 set pada tahun 2016, menjadi 69 set kapal tahun lalu.
Selain barging, Mitrabahtera memiliki floating cranes. Menurut materi paparan publik, mereka memiliki enam floating cranes sejak tahun 2015 hingga tahun lalu. Sebelumnya, perusahaan itu sempat memiliki tujuh floating cranes.
Penambahan jumlah armada kapal itu sejalan dengan cita-cita Mitrabahtera untuk meningkatkan utilitas atau tingkat keterpakaian kapal. Mereka ingin utilitas kapal 70% pada tahun lalu, meningkat menjadi 80%-85% sepanjang tahun ini.
Hingga akhir tahun 2018 nanti, Mitrabahtera menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20%-30% year on year (yoy). Target tersebut lebih besar ketimbang realisasi pertumbuhan pendapatan tahun lalu yakni 4,09% yoy menjadi US$ 68,45 juta.
Mereka yakin, tren kenaikan harga batubara masih mampu menjadi katalis positif tahun ini.
Namun selama kuartal I 2018, Mitrabahtera merasakan tantangan bisnis yang besar berupa cuaca buruk.
Akibatnya, volume pengangkutan batubara berkurang."Sejumlah kapal pengangkut terkadang harus mencari pulau untuk merapat sementara, atau sampai tidak mendapat izin berlayar dari otoritas pelabuhan," beber Lucas.
Selain mengejar kenaikan topline, sejatinya Mitrabahtera memiliki pekerjaan rumah untuk memperbaiki bottom line. Pasalnya, tahun lalu mereka masih menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 8,85 juta. Perusahaan itu berharap tahun ini bisa cuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News