kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mitratel (MTEL): Konsolidasi Menara Telkom Grup Positif Bagi Industri Telekomunikasi


Rabu, 24 Agustus 2022 / 17:25 WIB
 Mitratel (MTEL): Konsolidasi Menara Telkom Grup Positif Bagi Industri Telekomunikasi
ILUSTRASI. Menara?telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk alias Mitratel.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) optimistis konsolidasi menara Telkom Group dan operator yang terjadi di industri seluler saat ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara.

Bagi Mitratel, langkah ini memperkuat posisinya sebagai market leader kepemilikan menara telekomunikasi yang terbesar di Asia Tenggara. Di samping itu, langkah konsolidasi  ini akan membantu dan membuka kesempatan bagi semua operator dalam melakukan ekspansi bisnisnya.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengungkapkan, setelah mengakuisisi 6.000 menara Telkomsel, Mitratel akan memiliki 34.800 menara. Lokasinya pun tersebar di seluruh Indonesia dan mayoritas berada di luar Jawa. Langkah ini diyakini akan positif di tengah tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan IoT (Internet of Things).

"Aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri menara telekomunikasi. Hal ini merupakan potensi pasar yang bagus untuk terus bertumbuh," ungkap Theodorus dalam keterangan tertulis yang disiarkan Rabu (24/8).

Baca Juga: Emiten Menara Masih Menarik, Simak Rekomendasi Sahamnnya

Ditambah dengan penyediaan solusi total melalui skema bundling yang terdiri dari tower leasing, connectivity, dan power to tower, Theodorus optimistis Mitratel akan memiliki kekuatan yang solid dalam menjawab peluang tersebut.

"Dengan mapping itu, kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32% menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler," imbuh Theodorus.

Pasca akuisisi menara Telkomsel, Mitratel pun akan lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan. Termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan.

“Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar sehingga kustomer menjadi dimudahkan dan efisien,” imbuh Theodorus.

Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah menambahkan, konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. Hal itu sudah dilakukan dengan bisnis menara telekomunikasi, yakni menggabungkan menara Telkomsel ke dalam Mitratel.

 

“Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” ujar Ririek.

Dia menjelaskan, langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari lima strategi besar yang dikenal dengan Five Bold Moves. Strategi ini bertujuan untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia.

Targetnya antara lain mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500 triliun - Rp 700 triliun, unlocking bisnis serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengamini, langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha Telkom dinilai tepat. Strategi bisnis akuisisi menara Telkomsel oleh Mitratel dinilai akan membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.

Baca Juga: Mitratel (MTEL) Serap Capex Rp 12 Triliun di Semester I-2022

Langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan Mitratel dari investor.

“Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” kata Kartika.

Di sisi lain, Undang-Undang Cipta Kerja juga memungkinkan penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastruktur sharing). Kemudian, fiber optik pun bisa digunakan bersama oleh operator. Sehingga level persaingan bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×