kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mobil murah hadir, apa kabar mobil Esemka?


Kamis, 11 Oktober 2012 / 09:21 WIB
Mobil murah hadir, apa kabar mobil Esemka?
ILUSTRASI. Kebiasaan sehari-hari ini bisa merusak ginjal


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Di tengah ingar bingar kehadiran mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) versi agen tunggal pemegang merek (ATPM), gaung mobil nasional justru tak terdengar.  

Tengok saja saat pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012, tak ada satupun produk mobil lokal yang nongol di sana. Padahal ATPM seperti PT Toyota Astra Motor sudah meluncurkan Agya dan Ayla dirilis PT Astra Daihatsu Motor.

Para produsen mobil nasional yang tergabung dalam Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) menyebut kehadiran mobil murah versi pabrikan otomotif global dipastikan bisa meredupkan deru mesin mobil nasional. "Selama mobil LCGC disubsidi dan dibebaskan pajak oleh pemerintah, mobnas (mobil nasional) akan mati," keluh Ibnu Susilo, Direktur PT Fin Komodo Teknologi, salah satu anggota Asia Nusa, kepada KONTAN, Rabu (10/10) kemarin.

Mobil murah ala ATPM semakin digdaya lantaran juga didukung jaringan pasar yang sudah menjangkau pelosok negeri. Karena itu, tak heran, mereka bisa menjual ribuan unit mobil murah per tahun.

Esemka tak takut

Sebaliknya, lihat saja nasib mobil Fin Komodo, buatan Fin Komodo Teknologi. Menurut Ibnu, mobil jenis off road ini rata-rata terjual cuma  delapan unit per bulan. Dalam setahun, Fin Teknologi pun baru mampu memproduk 100 unit. "Tapi mobil ini aman dan susah terguling, lo" katanya, berpromosi.

Meski baru terjual sedikit, suku cadang mobil berdapur pacu 250 cc ini diklaim gampang diperoleh serta mudah dalam perawatan. Mobil yang mulai dijual sejak 2010 lalu ini dilego Rp 70 juta per unit.

Konsumen utama Fin adalah perusahaan perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Untuk bisa mencapai target penjualan, Fin punya strategi yang relatif murah, yakni dengan memanfaatkan jejaring sosial. Hasilnya, produk Fin Komodo sudah terjual hingga Papua.

Produsen mobil nasional lainnya, PT Super Gasindo Jaya (SGJ), produsen mobil Tawon, punya kiat berbeda untuk bertahan. Untuk memasarkan Tawon ke daerah-daerah, Gasindo Jaya menggandeng koperasi. Hasilnya, mobil yang diproduksi sejak 2009 ini sudah ada yang terjual.

Sayang, Direktur Pemasaran Gasindo Jaya, Dewa Yuniardi, belum mau mengungkapkan angka pasti. "Penjualan masih sedikit," katanya.
Yang pasti, Gasindo Jaya sanggup memproduksi mobil berdapur pacu 650 cc ini sebanyak 200 unit sampai 300 unit per bulan. Sebagian besar

komponen Tawon yang sudah memakai sistem pembakaran injeksi ini, buatan lokal. Adapun mesin masih didatangkan dari China. "Kami sudah menguji emisi Tawon dan hasilnya masih kami tunggi. Mudah-mudahan hasilnya positif," katanya.

Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) Sulistyo Rabono justru tidak takut bersaing dengan mobil LCGC.  Saat ini Esemka tengah mendisain ulang mesin dan komponen materialnya. "Kami tidak terganggu," katanya.

Rencananya, Esemka bakal memproduksi mobil tipe sport utility vehicle (SUV) dengan kapasitas 1.000 cc sampai 1.500cc. Ada dua pabrik perakitan yang disiapkan. Pabrik di Solo untuk proses perakitan dan di Cikarang untuk komponen Esemka. Targetnya adalah memproduksi 200 unit per bulan.
Ia yakin Esemka bakal dilirik konsumen terutama dari daerah. Sedangkan mobil versi ATPM bakal berkutat di Jakarta dan sekitarnya.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi menampik kerisauan para produsen lokal karena yang menjadi penentu penjualan adalah konsumen.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×