kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Nadiem Makarim beberkan permasalahan perusahaan berbasis online di Indonesia


Kamis, 05 April 2018 / 16:21 WIB
Nadiem Makarim beberkan permasalahan perusahaan berbasis online di Indonesia
ILUSTRASI. Nadiem Makarim


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelangkaan tenaga ahli masih menjadi permasalahan bagi perkembangan perusahaan-perusahaan berbasis online di Indonesia. Jumlah penggunaan layanan profit berbasis online yang membludak dalam jangka waktu yang sangat cepat menjadi sebab dari kelangkaan tenaga ahli tersebut.

Pelaku-pelaku bisnis berbasis online di Indonesia masih mengeluhkan minimnya tenaga ahli di bidang pengembangan IT. Hal itu tentu menjadi cerminan atas ketidaksiapan bangsa dalam menghadapi era digitalisasi industri.

“Berbicara tentang perkembangan industri berbasis online seperti e-commerce di Indonesia, tidak bisa dipisahkan dari kesiapan tenaga ahli yang tersedia. Jujur, kami masih sangat kekurangan tenaga ahli di situ,” ujar Nadiem Makarim selaku CEO dari perusahaan transportasi berbasis online Go-jek saat mengisi diskusi panel di acara The Economist Events’ Indonesia Summit, Hotel Shangri-La, Kamis, (5/4).

Membludaknya penggunaan layanan dan teknologi berbasis online yang terjadi dalam tempo waktu yang singkat disinyalir sebagai sebab dari kelangkaan tenaga ahli tersebut.

Dalam kurun 6 hingga7 tahun terakhir, kehadiran layanan-layanan berbasis online menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

Peralihan menuju digitalisasi industri di Indonesia bahkan terjadi lebih cepat dari cina (15-20 tahun) dan India (10 tahun) yang secara bertahap mulai mengenal internet, laptop, mobile internet, e-commerce, hingga pembayaran digital menjadi umum.

“Perubahan yang terjadi di Indonesia berlangsung sangat cepat. 6 sampai 7 tahun terakhir kita masih berpenetrasi pada 10% hingga 20% populasi Indonesia. Sekarang lebih dari 50% populasi terlibat dengan aktivitas berbasis online,” ujar Rudy Ramawy selaku Ventura Capital dari Lippo Group saat ditemui Kontan di depan ballroom A&B hotel Shangri-La.

Dengan begitu, kelangkaan tenaga ahli bukan disebabkan karena sumber daya manusia Indonesia tidak cakap atau tidak berkualitas. Kelangkaan tersebut justru disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada level konsumen dan market dalam tempo singkat.

“ Jika suatu negara belum pernah mengembangkan suatu platform yang harus menghadapi jumlah transaksi yang begitu besar, maka kita harus melewati banyak kesalahan sebelum mampu mengakomodasi seluruhnya . Sedangkan kita membutuhkan platform seperti itu sekarang,” kata Rudy.

Untuk mengatasi kebutuhan mendesak itu, Rudy mengatakan, perusahaan berbasis online di Indonesia mau tidak mau menggunakan tenaga ahli asing. Seperti tenaga ahli dari India yang pernah menghadapi perkembangan jumlah transaksi dalam bidang pembayaran digital global dari 0 transaksi hingga 2 juta transaksi per hari.

“Kita hanya perlu di sela waktu yang pendek ini, belajar dari talent asing sehingga proses belajar kita ini menjadi jauh lebih cepat untuk menjawab kebutuhan pengguna. Itu saja yang dibutuhkan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×