Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Adkerson melanjutkan, upaya ini juga mendapat tanggapan positif dari pemerintah Indonesia seiring dengan pengembangan industri di dalam negeri. Sebab, hal ini akan terkait dengan hilirisasi nikel dan rencana pengembangan industri baterai di Indonesia.
"Jadi secara strategis pemerintah melihat itu positif, bisa juga positif bagi PTFI. Itulah dasar kesepakatan kami, dan sekarang kami sedang dalam proses menegosiasikan persyaratan kesepakatan itu," terang Adkerson.
Baca Juga: Produksi dan penjualan Freeport Indonesia di 2020: Tembaga naik, emas malah turun
Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, PTFI sedang membahas kerjasama dengan Tsingshan Steel China untuk membangun smelter tembaga baru di Weda Bay, Halmahera. Wilayah tersebut merupakan kawasan smelter nikel yang terintegrasi.
Lebih lanjut, Executive Vice President and Chief Financial Officer Freeport-Mc.Moran Kathleen L. Quirk menegaskan bahwa opsi-opsi terkait pembangunan smelter baru PTFI ini dijalankan secara pararel. Dengan begitu, Freeport bisa membandingkan keekonomian dari masing-masing opsi tersebut.
Kathleen menyampaikan bahwa model kerja sama pihak ketiga pernah sukses dilakukan saat Freeport membangun PT Smelting. "Pihak ketiga memungkinkan PTFI benar-benar fokus pada pengembangan dan hulu tambang yang merupakan kekuatan utama PTFI," ungkapnya.
Dia pun berharap bisa segera mendapatkan kepastian opsi dan persetujuan dari pemerintah dalam waktu yang tak terlalu lama. "Kami perlu mendapatkan kejelasan selama beberapa bulan ke depan untuk membuat keputusan tentang jalan mana yang harus diikuti," kata Kathleen.
Freeport memang tengah berjibaku dengan waktu. Pasalnya, sesuai dengan kewajiban di dalam IUPK, smelter baru harus selesai pada Desember 2023. Namun, pembangunan smelter yang sedang berjalan terhambat pandemi Covid-19.
Menurut Adkerson, proyek smelter baru di Gresik mengalami gangguan pada jadwal, pembatasan akses ke lokasi proyek dan hambatan perjalanan kontraktor internasional. PTFI pun masih terus berdiskusi dengan pemerintah mengenai penangguhan jadwal penyelesaian proyek smelter tersebut.
"Pada awal 2020 kami meminta penundaan jadwal waktu yang telah disepakati untuk penyelesaian pembangunan smelter baru di Gresik Jawa Timur. Kami belum dapat melanjutkan pekerjaan di sana karena masalah Covid-19 untuk tenaga kerja lokal dan kontrak internasional," sebutnya.
Baca Juga: Freeport sees rising copper demand boosting 2021 results
Terkait dengan pembangunan smelter tembaga ini, Adkerson juga kembali mengingatkan bahwa lebih dari 70% beban negatif keekonomian bisa ditanggung oleh pemerintah Indonesia seiring dengan kepemilikan mayoritas saham di PTFI.