kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Negara Asean perlu membentuk bursa komoditas karet


Jumat, 21 Desember 2012 / 08:09 WIB
Negara Asean perlu membentuk bursa komoditas karet
ILUSTRASI. Pekerja melakukan perawatan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) . ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.


Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Tiga produsen karet terbesar di dunia, Thailand, Indonesia, dan Malaysia, terus berupaya mencari solusi mengendalikan harga karet agar lebih stabil dan berkualitas. Ketiga negara ini pun sepakat memangkas ekspor karet. Selain itu, Indonesia mengusulkan pembentukan bursa karet di Asean.

Indonesia, Thailand, dan Malaysia bersepakat membentuk International Tripartite Rubber Council (ITRC). Dewan Karet Tripartit Internasional ini berdiri dalam upaya mengendalikan harga karet di pasar global. Belakangan Vietnam yang juga produsen karet utama bergabung dengan ITRC.

Kekompakan para produsen karet utama dunia ini adalah salah satu cara paling ampuh untuk mendongkrak harga karet. Selama ini, aksi spekulan selalu mewarnai perdagangan karet di bursa berjangka internasional. Ini yang menyebabkan harga karet sering berfluktuasi tinggi dan kerap merugikan produsen karet.

Lihat saja, selama 2012, harga rata-rata karet US$ 2,9 hingga US$ 3 per kg. Padahal di tahun lalu, harga terendah karet di kisaran US$ 3,2 sampai US$ 3,3 per kg.

Belakangan, Vietnam ingin masuk menjadi anggota ITRC. Rencana itu tentu semakin memperkuat posisi negara produsen karet. Maklum, selama ini, hanya Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang lantang meneriakkan stabilitas harga karet dunia.

Dengan semakin banyak negara produsen karet di dalam ITRC tentu lebih mudah mencari solusi pengendalian harga karet. Nah, salah satu caranya, para produsen karet sepakat memangkas ekspor. Asumsinya, bila suplai berkurang dengan permintaan yang sama maka harga akan terdongkrak. Itulah sebabnya, empat negara ini sepakat memangkas ekspor karet mencapai 300.000 ton selama enam bulan, mulai Oktober hingga hingga Maret 2013.

Sayangnya, aksi pangkas ekspor ini, tak serta merta menurunkan harga karet. "Kebijakan itu justru menguntungkan negara-negara produsen karet di luar empat tiga produsen tadi," ungkap Azis Pane, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia.

Maka itu, untuk mengangkat harga karet, Indonesia usul pembentukan bursa komoditas khusus karet di kawasan Asean. Sebab, "Mayoritas negara produsen karet berada di Asean," kata Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan.

Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menghitung, produksi karet alam tahun ini hanya 2,75 juta ton. Jumlah itu menyusut 6,8% dibandingkan realisasi produksi tahun lalu seberat 2,95 juta ton. Sedangkan ekspor karet tahun ini diproyeksikan mencapai 2,3 juta ton hingga 2,4 juta ton, menurun 4%-8% dibandingkan volume ekspor 2011 seberat 2,5 juta ton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor karet dan barang dari karet selama semester I 2012 mencapai US$ 5,76 miliar. Nilai ekspor ini turun 24% dibandingkan ekspor di periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 7,59 miliar. Melihat kondisi ekonomi dunia belum stabil, Dewan Karet Indonesia memproyeksikan, ekspor karet di 2013 sama dengan tahun ini. Tentu masih ada harapan, harga karet bisa lebih tinggi. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×