Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Karet merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia. Maklum, Indonesia adalah salah satu negara produsen karet terbesar di dunia. Tapi bicara harga, kita masih tersandera bursa berjangka global. Jika ingin harga karet lebih berkualitas, pemerintah perlu mentransaksikannya di pasar berjangka domestik.
Krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat diproyeksikan masih membayangi kinerja ekspor karet Indonesia di tahun depan.
Dewan Karet Indonesia mencatat, harga karet di tahun ini masih lebih rendah dibandingkan dengan harga karet di sepanjang tahun lalu. Selama 2012, harga rata-rata karet berkisar US$ 2,9 hingga US$ 3 per kilogram (kg). Padahal di tahun lalu, harga terendah bahan baku ban ini di kisaran US$ 3,2 sampai US$ 3,3 per kg. Hingga akhir kuartal II tahun depan, harga karet diproyeksikan masih di level US$ 3 per kg.
Ketua Umum Dewan Karet Indonesia, Azis Pane, menilai, harga karet sulit naik secara signifikan apabila krisis global tak kunjung selesai. "Ini permasalahan dunia, krisis Eropa belum selesai," kata dia, beberapa waktu lalu.
Melihat kondisi yang belum menentu, Dewan Karet mengharapkan pemerintah campurtangan mengatasi masalah penurunan harga karet tersebut. Menurut Azis, pemerintah bisa menetapkan karet sebagai komoditas yang dapat ditransaksikan di pasar berjangka, di bawah pengawasan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Dengan cara itu, kualitas dan harga karet lebih terjamin sehingga tak menggantungkan harapan kepada bursa berjangka global. "Kami siap membentuk koperasi yang akan memasarkan karet rakyat untuk mendukung pasar berjangka," ungkap Azis.
Gejolak harga karet di pasar global dipicu beberapa faktor. Selain ekonomi dunia, aksi para spekulan ikut mempengaruhi harga karet dunia.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, pernah mengatakan konsep resi gudang untuk komoditas karet sangat mungkin diterapkan. Meski demikian, belum adanya standarisasi yang jelas atas produk karet masih jadi hambatan. "Produk karet banyak jenisnya dan belum semua terstandarisasi," kata dia.
Dus, saat ini, cara paling ampuh mendongkrak harga karet dengan membangun kekompakan negara produsen untuk mengatur produksi dan ekspor sesuai kebutuhan pasar seperti dilakukan tiga negara produsen karet terbesar di dunia, Thailand, Indonesia dan Malaysia. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News