kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

NIKL menargetkan produksi 160.000 ton pelat timah


Kamis, 27 Maret 2014 / 07:00 WIB
NIKL menargetkan produksi 160.000 ton pelat timah
ILUSTRASI. Instagram memberikan kenyamanan dan keamanan pengguna dengan memberikan fitur anti perundungan


Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. PT Pelat Timah Nusantara Tbk. (Latinusa) menargetkan memproduksi 160.000 ton pelat timah tahun ini. Jika mencapai kapasitas ini, perusahaan mengklaim menguasai pasar domestik sebesar 70%. Target produksi tahun ini berarti meningkat 10,09% dari capaian produksi 2013 sebesar 145.329 ton.


Direktur Utama Latinusa Ardhiman T. A. optimistis target produksi tahun ini bisa terpenuhi sebab utilisasi mesin produksi sebenarnya baru 90%. "Tahun 2014 ini diharapkan bisa 100%," ujar Adhiman, Rabu (26/3).


Asal tahu saja sejak tahun 2012, perusahaan berkode NIKL di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sudah menuntaskan program revamping. Program ini untuk meningkatkan kapasitas dan mesin produksi. Alhasil kapasitas produksi yang semula 130.000 ton per tahun, meningkat 23% menjadi 160.000 ton per tahun.


Perusahaan berupaya meningkatkan produksi pelat timah menjadi 160.000 ton per tahun dengan tujuan mendekap pangsa pasar dalam negeri 70%. Ardhiman mengklaim, dari konsumsi nasional pelat timah 230.091 ton tahun 2013, Latinusa menguasai 63% pangsa pasar. Barulah sisanya dipenuhi pelat timah impor atau setara 84.762 ton.


Lantaran pangsa pasar domestik yang belum terenggut semua, Latinusa belum berpikir mengekspor produk. "Kami masih memfokuskan penjualan untuk pasar domestik karena kebutuhan di pasar domestik juga masih tinggi" jelas Ardhiman.


Yang jelas, untuk mencapai target tahun 2014, anak usaha PT Krakatau Steel Tbk. ini mengalokasikan belanja modal US$ 751.000. Belanja modal ini naik 1,07% dari realisasi  belanja modal tahun 2013 sebesar  US$ 743.000.


Perusahaan akan menggunakan sekitar US$ 590.000 untuk membeli perlengkapan dan instalasi pabrik. Ini adalah bagian dari penuntasan  program revamping.


Lantas, sisa dana sebesar US$ 161.000 akan dipakai untuk membeli alat kantor dan meningkatkan sistem informasi. Direktur Keuangan Latinusa Slamet Gunawan, memastikan mengalokasikan belanja modal dari dana internel perusahaan.


Namun Slamet masih enggan bicara banyak soal target penjualan dan laba bersih. "Tunggu April nanti setelah rilis kinerja kuartal I 2014," kilah Slamet.


Sekedar mengingatkan, sepanjang 2013 kemarin Latinusa membukukan penjualan bersih US$ 173,46 juta. Capaian ini berarti meningkat 22,54% dibanding 2012. Sementara laba bersih US$ 278.000, padahal di 2012 masih merugi US$ 6,46 juta.


Asal tahu saja tahun ini kinerja Latinusa bisa jadi juga tertolong beleid anyar terbitan Kementerian Keuangan yakni Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 10 tahun 2014. Peraturan yang berlaku sejak 15 Januari 2014 ini, mengenakan bea masuk anti dumping bagi produk pelat timah dari tiga negara yakni China, Korea Selatan dan Taiwan.


Ardhiman mengakui, beleid anti dumping ini bisa menyehatkan industri pelat timah di Tanah Air. Meski, " Bea masuk anti dumping ini hanya berlaku selama lima tahun kedepan," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×