kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,87%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Ombudsman: Kalah dari Vietnam, Ekspor CPO Indonesia Jeblok


Selasa, 28 Mei 2024 / 14:11 WIB
Ombudsman: Kalah dari Vietnam, Ekspor CPO Indonesia Jeblok
ILUSTRASI. Pekerja membongkar muatan tandan buah segar kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) dari dalam palka kapal di Pelabuhan Rakyat Sungai Mesjid Kota Dumai, Riau, Kamis (23/5/2024). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ombudsman RI mengungkap penyebab ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, salah satunya adalah karena kalah bersaing dengan CPO dari Vietnam.

Pimpinan/Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika mengatakan ini bermula pada tahun 2022 saat terjadi pelarangan ekspor CPO dari Indonesia ke beberapa negara tujuan, di antaranya negara-negara Eropa dan India.

“Jadi waktu itu pernah harga CPO tinggi tapi tiba-tiba kita tak boleh ekspor CPO, itu sekitar bulan Mei 2022. Itu iklim usaha internasional terganggu," katanya saat ditemui Kontan dalam acara Diskusi Publik Pencegahan Maladministrasi dalam Layanan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit yang dilaksanakan di gedung Ombudsman, di kawasan Jakarta Selatan, Senin (27/05). 

"Bayangkan, buyer kita dari India tidak dikirim barang padahal sudah kontrak. Mereka pasti nyari-nyari barang. Dampaknya adalah melihat supplier baru, dan salah satu supplier yang sudah siap adalah Vietnam,” ujar dia.

Baca Juga: Gapki Berikan Syarat Agar Program Biodiesel Pemerintahan Baru Bisa Tercapai

Yeka menambahkan, Vietnam dianggap cepat tanggap dalam mengisi kekosongan tersebut hingga akhirnya India beralih impor CPO pada negeri naga biru tersebut.

“Vietnam sama dengan kita, sawitnya dalam tanda kutip ada dalam kawasan hutan. Namun mereka cepat dengan satu kebijakan sehingga akhirnya resebelitinya jadi baik, sehingga mereka masuk ke India dan Eropa,” tambah Yeka.

Meski tak bisa menyebut berapa kuantitas impor CPO dari Vietnam ke India, Yeka mengatakan jumlahnya cukup banyak hingga bisa menggeser CPO dari Indonesia.

“Jumlahnya banyak. Jadi mestinya ini menjadi pembelajaran, kalau mau bersaing di internasional jangan mempersulit. Strateginya harus kepada memperkuat daya saing dan nilai tambah,” ungkap dia. 

Memang berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) volume ekspor cenderung  menurun karena pertumbuhan ekonomi negara pengimpor yang  kurang baik dan suplai minyak nabati lain yang meningkat. 

Baca Juga: ISPO Masih Jadi Kendala Besar Bagi Produsen Sawit Indonesia

Meski begitu, jika dibandingkan saat Covid-19, volume ekspor minyak kelapa sawit nasional meningkat pada 2023 atau naik 4,84% YoY menjadi sekitar 27,5 juta ton, meski nilai ekspornya turun dipengaruhi harga CPO yang turun senilai US$ 23,97 miliar atau turun 19,08% YoY sekaligus paling rendah dalam tiga tahun terakhir.

Dan India, memang menjadi konsumen ekspor utama dari CPO Indonesia. Sepanjang 2023 saja, negara ini telah mengimpor 5,4 juta ton atau 19,65% dari total ekspor nasional dengan nilai ekspor yang mencapai US$ 4,51 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×