kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Operator bandara kebut bisnis nonpenerbangan


Kamis, 18 November 2010 / 10:02 WIB
Operator bandara kebut bisnis nonpenerbangan
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Gentur Putro Jati, Sofyan Nur Hidayat |

JAKARTA. Pencabutan pendapatan air traffic services (ATS) dari pendapatan operator bandara membuat operator bandara harus giat menggenjot pendapatan dari bisnis nonpenerbangan (nonaeronautika). Untuk itu, PT Angkasa Pura I (AP I) sudah menyiapkan sejumlah jurus pendongkrak pendapatan nonaeronautika.

Yang terbaru, pengelola bandara itu berencana masuk ke bisnis maintenance, repair and overhaul (MRO) atau perawatan pesawat. Robert Waloni, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha AP I, mengatakan, pihaknya akan membangun hangar perawatan pesawat di bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Letaknya di sebelah rencana pembangunan hotel transit.

Penetapan tersebut berkait dengan status Makassar sebagai pusat operasi atau hub bandara di Indonesia bagian Timur. Bandara ini menempati ranking tiga sebagai bandara tersibuk dari 13 bandara yang dikomandoi API I. Sehingga, "Bandara itu harus dilengkapi dengan hotel transit, fasilitas MRO dan perkantoran," katanya kepada KONTAN, Selasa (16/11).

Tahun 2009, bandara Sultan Hasanuddin melayani 5,06 juta penumpang, merupakan yang terbanyak di antara 13 bandara tersebut. "Setiap tahun ada 30% penumpang pesawat yang transit di Makassar," imbuhnya.

Melalui hotel transit dan MRO ini, AP I berharap pendapatan nonaeronautika-nya akan naik. Sebagai informasi, tahun lalu pendapatan aeronautika AP I mencapai Rp 1,41 triliun atau 62,1% dari total pendapatan Rp 2,46 triliun. Sementara pendapatan non aeronautika sebesar Rp 519,9 miliar, dan pendapatan operasional bandara sebesar Rp 2,05 triliun, serta pendapatan lain-lain Rp 405,3 miliar. "Selama ini, ATS kira-kira menyumbang 20% dari total pendapatan, AP I" jelasnya.

Namun, upaya ekspansi AP I terhambat dana. AP I hanya menyediakan Rp 100 miliar sebagai modal pengembangan bisnis nonaeronautika tahun depan. "Kalau prospeknya bagus baru ditingkatkan," kata Direktur Utama AP I Tommy Soetomo.

AP II tunda tender

Berbeda dengan AP I, AP II justru tak bergegas menambah pendapatan nonaeronautikanya. Pasalnya, AP II tak kunjung merespon permintaan Kementerian Perhubungan untuk membuka tender trayek baru bus Bandara Soekarno-Hatta ke Depok, Cileungsi, dan Bandung Parahyangan.

"Surat yang saya kirim belum dijawab AP II," kata Sudirman Lambali, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Kemhub. Padahal, sejumlah perusahaan otojasa berminat ikut tender tersebut. Misal Cipaganti Group dan Perum Damri.

Humas AP II Andang Santoso mengatakan, sejauh ini pihaknya belum bisa memberi kepastian. Sepengetahuannya, "Saat ini trafik bus ke Soekarno Hatta sudah sangat padat," katanya kepada KONTAN, Rabu (17/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×