Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi sebagian besar pelaku usaha, impian terbesar adalah melihat bisnisnya bertahan dan berkembang pesat. Itulah yang berhasil diwujudkan oleh Annisa Pratiwi, pendiri Ladang Lima sebuah poduk UMKM Indonesia yang mampu bersaing di pasar global.
Berawal dari keinginan untuk menciptakan makanan sehat berbahan pangan lokal, Annisa dan suaminya, Raka, merintis Ladang Lima pada tahun 2013 dengan modal terbatas. Kini, produk berbahan dasar singkong milik mereka sudah merambah pasar domestik hingga internasional, seperti Singapura, Australia, dan Korea Selatan.
Kesuksesan Ladang Lima bukan datang begitu saja. Annisa dan Raka menghabiskan lebih dari satu tahun melakukan riset intensif untuk menghasilkan tepung singkong bebas gluten yang kaya serat, sebelum akhirnya meluncurkan produk pertama mereka.
Sejak saat itu, Ladang Lima terus berkembang dengan menghadirkan lebih dari 24 jenis produk, mulai dari cookies, premix, hingga pasta, yang kini telah menguasai pasar dengan kekuatan lebih dari 50 karyawan, 70% di antaranya adalah perempuan lokal di Pasuruan, Jawa Timur.
Salah satu kunci utama keberhasilan Ladang Lima adalah pemanfaatan platform digital. Sejak 2019, mereka mulai memperkuat eksistensinya di marketplace seperti Shopee dengan memiliki official store sendiri. Langkah ini terbukti sangat efektif, apalagi ketika pandemi COVID-19 melanda, di mana penjualan Ladang Lima justru mengalami peningkatan signifikan.
Namun, Annisa mengakui bahwa kompetisi di ranah digital sangatlah ketat. Untuk itu, Ladang Lima memiliki strategi khusus untuk mengatasi tantangan tersebut: edukasi pasar.
“Di dunia digital, orang cenderung membeli produk yang sudah dikenal. Oleh karena itu, kami melakukan kampanye dan tes produk di sekolah-sekolah untuk memperkenalkan produk kami lebih luas,” ujarnya kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Belum Pulih, Pertumbuhan Kredit UMKM Kian Melambat Di Februari 2025
Berkat ketekunan dan kejelian dalam mengeksplorasi potensi platform digital, Ladang Lima berhasil menembus pasar global. Tidak hanya terbatas pada pasar domestik, produk mereka kini sudah tersedia di negara-negara seperti China, Australia, dan Korea Selatan, membuktikan bahwa dengan strategi digital yang tepat, jenama lokal pun mampu menembus pasar internasional.
Kesuksesan serupa juga diraih Eva Frahmawati, pendiri Nabnib Official yang memiliki perjalanan bisnis yang luar biasa. Dari memulai dengan modal terbatas hanya sebesar 5 juta Rupiah pada tahun 2017, kini brand fesyen muslim asal Jakarta Selatan ini berhasil berkembang pesat dan mampu melayani ratusan pesanan setiap hari, bahkan menembus pasar ekspor.
Di tahun 2017, Eva mulai menjual produk-produk seperti inner hijab dan aksesoris muslim kepada teman-teman dan komunitas terdekat. Respons yang positif mendorong Eva untuk lebih serius dalam bisnis ini. “Awalnya, saya hanya jualan lewat Instagram. Tapi seiring berjalannya waktu, permintaan semakin banyak dan saya kewalahan melayani pelanggan,” ungkapnya.
Pada titik inilah suami Eva memberikan saran untuk bergabung dengan platform e-commerce seperti Shopee, yang memiliki sistem yang memudahkan untuk mengelola toko online. “Saya memutuskan untuk membuka toko di Shopee pada 2018. Shopee itu sangat membantu dalam memberikan materi edukasi dan pelatihan tentang optimasi toko dan iklan, yang kemudian mempercepat perkembangan Nabnib,” lanjutnya.
Salah satu pencapaian luar biasa Nabnib adalah kontribusi 70% dari total penjualannya yang berasal dari Shopee. Dengan adanya kampanye pemasaran yang tepat dan sistem pengelolaan toko yang efisien, Nabnib berhasil memanfaatkan platform ini untuk menjangkau pasar yang lebih luas. “Shopee memberikan kemudahan dalam hal promosi dan iklan, yang membuat penjualan meningkat signifikan,” terang Eva.
Baca Juga: Shopee Gelar Pelatihan Digital untuk UMKM Hadapi Lonjakan Belanja Ramadan
Dukungan Shopee dalam Pertumbuhan UMKM
Kesuksesan UMKM seperti Ladang Lima dan Merche tak terlepas dari dukungan platform digital yang terus berinovasi dalam membantu pelaku usaha lokal. Christin Djuarto, Direktur Eksekutif Shopee Indonesia, menegaskan komitmen Shopee dalam mendukung pertumbuhan UMKM.
"Kami berkomitmen untuk terus menjadi kawan dalam setiap perjalanan UMKM bertumbuh dan meraih kesuksesan. Sejalan dengan komitmen tersebut, kami berupaya menghadirkan berbagai inovasi yang dapat menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan UMKM secara berkesinambungan di dalam maupun luar negeri,” jelas Christin.
Ia menegaskan, Shopee berupaya untuk menghadirkan berbagai inovasi yang dapat menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan UMKM secara berkesinambungan di dalam maupun luar negeri.
“Seperti Program Sukses UMKM Baru yang memberikan dukungan gratis bagi pengusaha UMKM pemula, pelatihan gratis bagi UMKM melalui Kampus UMKM Shopee - Kelas Online, hingga Program Ekspor Shopee yang membuka peluang bagi UMKM lokal merambah pasar global,” pungkasnya.
Salah satu inisiatif terbaru adalah Program Sukses UMKM Baru, yang dirancang untuk membantu penjual online baru memulai dan mengembangkan bisnis mereka dengan lebih mudah. Program ini memberikan berbagai manfaat, termasuk biaya administrasi gratis untuk 50 pesanan pertama, voucher senilai Rp1.000.000 untuk diskon toko, serta saldo iklan tambahan Rp75.000 selama Ramadan 2025.
“Program Sukses UMKM Baru kami hadirkan untuk mendukung akselerasi digitalisasi UMKM di Indonesia. Kami harap insentif ini bisa mempermudah pengusaha UMKM beradaptasi dan tumbuh bersama melalui platform digital," ucap Radynal Nataprawira, Head of Public Affairs Shopee Indonesia.
Tak hanya membantu UMKM berkembang di dalam negeri, Shopee juga mendorong ekspansi produk lokal ke pasar global. Sejak 2019, Program Ekspor Shopee telah memasarkan lebih dari 50 juta produk UMKM ke berbagai negara seperti Asia Tenggara, Asia Timur, dan Amerika Latin.
Radynal menambahkan bahwa jumlah produk lokal yang diekspor ke berbagai negara meningkat hampir 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Shopee bekerja sama dengan pemerintah dan mitra strategis untuk memastikan lebih banyak produk UMKM Indonesia bisa dibeli oleh pembeli Shopee di luar negeri.
Salah satunya, Shopee Indonesia bekerja sama dengan SMESCO dan Kementerian UMKM menghadirkan program ‘Anak Muda Bisa Ekspor’. Melalui program ini, UMKM digadang-gadang bisa berjualan langsung ke luar negeri yakni ke 10 negara sekaligus melalui platform bernuansa oranye ini.
Baca Juga: Shopee Indonesia Luncurkan Kelas Online untuk UMKM, Permudah Akses Pelatihan Digital
“Anak Muda Bisa Ekspor merupakan program berkelanjutan, kolaborasi antara Kementerian UMKM sebagai regulator, Smesco Indonesia sebagai fasilitator dan Shopee Indonesia sebagai aggregator untuk membawa lebih banyak pelaku usaha masuk ke dalam ekosistem pasar ekspor,” jelas irektur Utama Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Setya menegaskan bahwa inisiasi program ‘Anak Muda Bisa Ekspor’ merupakan upaya pemerintah dalam mendorong UMKM untuk memasarkan produknya ke luar negeri melalui platform e-commerce Shopee Indonesia ke 10 negara jaringan Shopee.
Menurutnya, melalui program kerja sama ini UMKM bisa berjualan langsung dengan pembeli luar negeri secara lebih mudah, didukung pelayanan pembeli serta pengiriman ke luar negeri yang difasilitasi oleh pihak Shopee.
“UMKM yang tergabung dalam program ‘Anak Muda Bisa Ekspor’ telah dikurasi dan diikutkan dalam program inkubasi oleh pihak SMESCO dan Shopee Indonesia sehingga terpilih 18 UMKM potensial ekspor,” tutur Temmy.
Pemerintah Dorong Digitalisasi UMKM
Selain dukungan dari platform digital, pemerintah juga terus menggenjot digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia melalui berbagai kebijakan dan program strategis. Salah satu langkah terbaru adalah peluncuran aplikasi super "SAPA UMKM" yang dikembangkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM).
Yulius, Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM, mengungkapkan bahwa aplikasi ini akan menjadi pusat layanan dan informasi bagi para pelaku usaha.
"Aplikasi 'SAPA UMKM' akan memudahkan pelaku usaha dalam mendapatkan akses ke berbagai layanan digital, termasuk informasi pasar, pelatihan bisnis, serta perizinan usaha yang terintegrasi dengan sistem Online Single Submission (OSS),” ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Selain aplikasi tersebut, pemerintah juga menjalankan berbagai program untuk meningkatkan kapabilitas digital UMKM, seperti UMKM Level Up, Pahlawan Digital UMKM, serta kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang mendorong jutaan UMKM masuk ke platform e-commerce.
Dari sisi pembiayaan, pemerintah menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah serta insentif fiskal berupa subsidi pelatihan digital dan pembebasan pajak untuk pembelian perangkat teknologi.
Kemenkop UKM juga menggandeng platform e-commerce besar seperti shopee untuk meningkatkan daya saing UMKM. Menurut Yulius, program ekspor yang bekerja sama dengan Shopee berhasil meningkatkan jumlah produk lokal yang diekspor hingga 50% pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski begitu, tantangan masih dihadapi pelaku UMKM, terutama terkait meningkatnya biaya pemasaran digital. Yulius menyebut pemerintah akan terus mengevaluasi regulasi agar keberlanjutan bisnis e-commerce tetap seimbang dengan kepentingan UMKM.
"Kami ingin memastikan UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di era digital. Oleh karena itu, kami terus melakukan pendampingan dan memberikan insentif yang diperlukan," kata Yulius.
Pemerintah juga memastikan bahwa digitalisasi tidak hanya menyentuh UMKM di kota besar, tetapi juga daerah terpencil. Langkah yang dilakukan mencakup pembangunan infrastruktur digital, subsidi akses internet, serta program e-learning dan pelatihan daring.
Optimalisasi Digitalisasi UMKM
Namun, pengamat digital Nailul Huda menilai bahwa digitalisasi UMKM di Indonesia masih berjalan lambat. Menurutnya, klaim pemerintah bahwa sudah ada 22 juta UMKM yang masuk ke ekosistem digital masih terlalu besar.
"Pelaku UMKM kita masih sangat terbatas masuk kepada ekosistem digital. Paling mudah ditemui adalah UMKM yang mempunyai jaringan toko melalui perdagangan daring. Itu pun paling banyak masih melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp," ungkapnya.
Salah satu alasan utama mengapa UMKM lebih memilih WhatsApp dan media sosial dibandingkan e-commerce adalah kemudahan penggunaan. Menurut Nailul, bagi banyak pelaku usaha, berjualan melalui WhatsApp lebih sederhana dibandingkan mengelola toko di platform e-commerce.
Selain itu, biaya pengiriman menjadi penghalang utama bagi UMKM, terutama mereka yang berada di daerah terpencil. Sistem logistik yang masih belum merata membuat banyak pelaku usaha ragu untuk berjualan di platform e-commerce yang mengandalkan jasa pengiriman standar.
Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Budi Primawan, juga menekankan bahwa optimalisasi penggunaan platform digital menjadi kunci bagi UMKM untuk memperluas pasar dan meningkatkan pertumbuhan bisnis. Dalam proses digitalisasi, kata dia, UMKM harus meningkatkan literasi digital agar dapat memahami dan memanfaatkan teknologi dengan efektif.
Saat ini, pelaku UMKM di Indonesia sendiri masih banyak yang menggunakan WhatsApp sebagai platform berjualan. Menurut Pengamat Digital Nailul Huda, aplikasi pesan instan ini dipilih karena paling mudah digunakan.
"Sekitar 90% pelaku usaha yang berjualan secara online, memilih berjualan via WhatsApp. Kenapa mereka memilih berjualan via WhatsApp? Karena bagi mereka, paling mudah ya berjualan via platform tersebut," kata Huda.
Baca Juga: Shopee Rilis 2 Program Baru untuk Tingkatkan Daya Saing UMKM
Ia menilai bahwa sejumlah faktor, termasuk biaya kirim, masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM, terutama di daerah, untuk masuk ke ekosistem perdagangan digital.
Karena itu, Huda menekankan perlunya edukasi terkait optimalisasi penggunaan platform digital. Hal ini juga diamini oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Budi Primawan.
Budi menekankan bahwa optimalisasi penggunaan platform digital menjadi kunci bagi UMKM untuk memperluas pasar dan meningkatkan pertumbuhan bisnis. Dalam proses digitalisasi, UMKM harus meningkatkan literasi digital agar dapat memahami dan memanfaatkan teknologi dengan efektif.
“Dalam pemanfaatan platform digital, UMKM perlu memahami kebutuhan pasar melalui riset yang tepat, mengembangkan model bisnis digital dengan menyesuaikan strategi penjualan ke arah online, serta meningkatkan keterampilan digital mereka melalui berbagai pelatihan dan workshop,” jelas Budi.
Budi menilai bahwa media sosial juga memiliki peran penting dalam pemasaran, terutama platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok, yang sangat relevan bagi pasar di Indonesia. Dengan konten menarik dan interaktif, UMKM dapat membangun komunitas yang loyal serta meningkatkan brand awareness.
Tak hanya itu, Budi menyebut bahwa data analitik juga menjadi alat penting bagi UMKM dalam memahami preferensi konsumen, mengidentifikasi tren pasar, serta mengevaluasi kinerja produk atau layanan. Penggunaan data analitik memungkinkan UMKM melakukan segmentasi pelanggan berdasarkan perilaku dan preferensi mereka, menyesuaikan produk atau layanan agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar, serta memantau tren bisnis untuk inovasi yang lebih baik.
“Beberapa alat analitik yang bisa dimanfaatkan adalah Google Analytics untuk menganalisis trafik situs web, Facebook Insights dan Instagram Analytics untuk memahami interaksi di media sosial, serta berbagai platform desain seperti Canva untuk membuat konten visual yang lebih menarik,” saran Budi.
Adapun dalam memilih platform e-commerce yang tepat, Budi menekankan bahwa UMKM perlu mempertimbangkan kemudahan penggunaan, struktur biaya dan komisi, fitur yang ditawarkan, serta reputasi dan jangkauan pasar dari platform tersebut. Dengan berbagai langkah strategis ini, UMKM dapat lebih optimal dalam memanfaatkan platform digital untuk memperkuat bisnis dan meningkatkan daya saing di era digital.
“Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, UMKM di Indonesia memiliki peluang besar untuk berkembang lebih pesat di pasar domestik maupun internasional. Digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi UMKM agar tetap relevan dan bersaing di tengah perubahan ekonomi yang semakin cepat,” tuturnya.
Baca Juga: Wamenperin Minta Shopee Pisahkan Produk Lokal dan Impor
Selanjutnya: Ekspor SDA RI Tertekan Tarif Impor Trump
Menarik Dibaca: Cara Membuat Foto ala Studio Ghibli dengan Bantuan ChatGPT, Simak Tutorialnya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News