Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun lalu, industri crude palm oil (CPO) menjalani tahun yang cukup sulit. Turunnya permintaan akibat adanya pandemi Covid-19 dan perlambatan ekonomi, hingga musim hujan yang berkepanjangan menjadi sentimen negatif bagi industri ini.
Walau demikian, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mengaku sepanjang tahun lalu masih berhasil mencatatkan kinerja yang cukup baik. Sekretaris Perusahaan TAPG, Joni Tjeng menyebutikan, produksi CPO pada tahun lalu secara umum mengalami pertumbuhan yang negatif.
“Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan kondisi kami cenderung flat. Namun kami masih beruntung, karena produksi CPO Indonesia pada tahun lalu itu justru negatif. Salah satunya adalah karena tanaman kami yang masih muda,” kata Joni kepada Kontan.co.id, Kamis (15/4).
Baca Juga: Triputra Agro Persada (TAPG) berencana membangun pabrik baru
Sebagai informasi, melalui anak usahanya, TAPG berhasil memproduksi CPO sebesar 560 ribu ton pada 2020, sementara produksi dari perusahaan asosiasi mencapai 281 ribu ton pada tahun lalu. Sedangkan produksi anak usaha untuk Palm Kernel sebesar 113 ribu ton dan dari perusahaan asosiasi berhasil memproduksi PK sebanyak 62 ribu ton.
Joni mengungkapkan, di tengah cukup sulitnya kondisi industri tahun lalu, pihaknya masih berhasil mencatatkan peningkatan kinerja pada 2020 dibandingkan 2019. Namun, ia belum bisa membagikan detailnya, karena kinerja laporan keuangan TAPG pada 2020 masih dalam proses finalisasi.
Menyambut tahun ini, Joni optimistis industri CPO akan punya outlook yang lebih baik seiring dengan pemulihan ekonomi yang memicu pulihnya permintaan. Ia memperkirakan, produksi CPO Indonesia pada 2021 seharusnya bisa tumbuh di kisaran 5%.
“Sementara untuk produksi TAPG, kami optimistis bisa catatkan pertumbuhan produksi 10% dibandingkan 2020. Dengan kenaikan produksi, kami berharap bisa membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 5% hingga 10% pada tahun ini,” imbuh Joni.
Guna memastikan target-target tersebut tercapai, TAPG sudah menyiapkan berbagai rencana ekspansi. Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, karet dan industri pengolahannya ini berencana untuk membangun pabrik-pabrik baru untuk meningkatkan produksinya.
Joni membeberkan, perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, karet dan industri pengolahannya ini berencana untuk membangun dua Pabrik Kelapa Sawit (PKS) baru di Kalimantan Tengah dan 1 Pabrik Palm Kernel Oil (PKO) di Kalimantan Timur bersamaan dengan Biogas Plant.
Baca Juga: Usai IPO, Triputra Agro Persada (TAPG) berencana bangun pabrik anyar
Pembangunan pabrik tersebut seiring bertambahnya umur tanaman, sehingga produksi CPO dan Palm Kernel PK akan terus meningkat. Selain itu, TAPG tengah mengkaji untuk membangun Bio-CNG Plant sebagai bentuk komitmen perusahaan ini untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca.
“Untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), sebagai contoh, pabrik dengan kapasitas 45 ton per jam membutuhkan biaya di kisaran Rp 135 miliar - Rp140 miliar. Semua pendanaan untuk kedua PKS berasal dari kas internal perusahaan. Kami berencana membangun pabrik dengan kapasitas di kisaran 45 ton,” ujarnya.
Tak hanya kedua pabrik itu, TAPG melalui anak usahanya yakni PT Sukses Karya Mandiri (SKM) berencana untuk membangun pabrik Kernel Crushing Plant (KCP). Untuk membangun KCP tersebut, emiten ini akan menggunakan dana hasil Initial Public Offering (IPO) pada 14 April 2021.
Sebagai informasi, Triputra Agro melepas sebanyak 866.200.000 saham harga penawaran sebesar Rp 200 setiap saham. Dengan demikian TAPG memperoleh dana segar sebesar Rp 173,24 miliar dari hajatan ini.
Sebanyak 84,28% dana yang diperoleh dari IPO tersebut akan digunakan TAPG untuk meningkatkan penyertaan modal pada Perusahaan Anak, yaitu PT Agro Multi Persada (AMP).
Dana tersebut kemudian akan dialokasikan untuk belanja modal dan modal kerja sehubungan dengan pembangunan pabrik SKM di Kalimantan Tengah.
Baca Juga: Resmi melantai di bursa, saham Triputra Agro Persada (TAPG) melesat 35%
Dana yang diperlukan untuk pembangunan pabrik tersebut diperkirakan sebesar Rp 88 miliar. Sementara untuk kegiatan modal kerja SKM sehubungan dengan operasional pabrik tersebut adalah sekitar Rp 47 miliar.
Joni menuturkan, pelaksanaan pembangunan pabrik tersebut diproyeksikan akan dimulai pada kuartal II-2021 dan rencananya akan diselesaikan pada tahun 2022. Sementara sisa dana segar itu atau sebesar 15,72% akan digunakan untuk modal kerja TAPG berupa pembelian pupuk.
“Kami juga akan fokus pada program intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas seperti kegiatan improvement yang kontinuitas, program mekanisasi, penggunaan teknologi dan informasi terkini seperti artificial intelligence dan Remote Sensing sebagai alat bantu dalam mendukung kinerja operasional,” pungkas Joni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News