Reporter: RR Putri Werdiningsih, Sabrina Rhamadanty | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) menyebut rencana penerapan kebijakan antikarbon atau Carbon Border Adjusment Mechanism (CBAM) yang akan lakukan Uni Eropa sejauh ini tidak berpengaruh signifikan pada kinerja ekspor perseroan. Pasalnya sampai akhir kuartal I 2024,perusahaan masih belum melakukan ekspor ke luar negeri.
Perusahaan baja pelat merah ini masih mengalami kendala imbas tidak beroperasinya pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM 1) akibat kerusakan pada switch house finisihing mill yang terjadi pada Mei 2023. Dengan adanya kerusakan tersebut, KRAS mengalami penurunan pangsa pasar yang besar, termasuk tidak bisa lagi menggarap pasar ekspor.
Purnowo Widodo, Direktur Utama PT Krakatau Stell Tbk bilang pihaknya baru akan kembali memenuhi pasar ekspor akhir 2024 ketika pabrik HSM 1 kembali beroperasi dan rencana penjualan trading sudah bisa diwujudkan.
“PT KS diproyeksikan akan kembali memenuhi pasar ekspor terutama negara tetangga seperti Malaysia dan Australia,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (6/7).
Sebenarnya sebelum insiden kerusakan pabrik terjadi, KRAS juga sudah merambah pasar Eropa. Ada beberapa negara di benua biru yang sudah menjadi tujuan ekspor seperti Belgia, Italia, Portugal dan Spanyol.
Mengutip laporan keuangan perseroan pada kuartal I kemarin, nilai ekspor KRAS selama keuartal I 2023 tercatat mencapai US$ 33,36 juga. Menurut Purnomo kalau dihitung kontribusi besi dan baja dari Indonesia untuk pasar UE baru sekitar 5% dari total ekspor besi baja tahun 2022.
Baca Juga: Krakatau Steel Minta Pemerintah Perjelas Road Map Nol Emisi Karbon Industri Baja
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) menyebut sebenarnya KRAS sudah mulai melakukan beberapa upaya untuk menekan emisi karbon. Salah satunya adalah dengan adanya fasilitas produksi flat rolling Hot Strip Mill (HSM) yang berkapasitas 3,9 juta ton/tahun.
“Emisi yang dihasilkan oleh jalur produksi ini sangat rendah sekali, kurang dari 0,1 ton CO2 per ton produk baja,” bebernya.
Sepanjang tahun 2024 ini KRAS menargetkan untuk bisa meningkatkan penjualan hingga 300.0000 ton. Harapannya jika terwujud penguasaan pasar meningkat hingga kisaran 6%.
Asal tahu saja, per Maret 2024, KRAS tercatat masih mengalami penurunan kinerja signifikan imbas tidak beroperasinya pabrik HSM I. Pendapatan perusahaan turun dari US$ 689,83 juta menjadi US$ 231,79 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News