Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) masih mengawal penyelesaian pabrik pengolahan emas di Jawa Barat. Kalau tidak ada aral melintang, fasilitas pengolahan emas dengan metode flotation dan carbon in-leach (CIL) itu diharapkan sudah bisa beroperasi secara komersial di awal tahun depan.
Harapan ini berdasar pada komitmen penyelesaian yang disampaikan oleh pihak kontraktor kepada SQMI.
“Kami telah memperoleh komitmen dari kontraktor yang bertanggung jawab menyelesaikan fasilitas pengolahan kami untuk memulai percobaan produksi (trial production) di Oktober 2021 dan melakukan produksi secara komersial di Januari 2022,” kata Direktur Utama SQMI Oktavia Budi Raharjo kepada Kontan.co.id (29/4).
Baca Juga: Volume penjualan sejumlah komoditas Aneka Tambang (ANTM) naik di kuartal I 2021
Berlokasi di Ciemas, Jawa Barat, fasilitas pabrik pengolahan emas yang tengah dibangun bakal memiliki kapasitas 500 ton per hari. Dengan kapasitas tersebut, SQMI memproyeksi bakal mampu memproduksi 38,634 troy ounce (toz) emas atau setara sekitar 1 ton emas per tahun.
Mengintip pemberitaan Kontan.co.id (17/1/2020) sebelumnya, keseluruhan nilai investasi proyek fasilitas pengolahan emas ini diperkirakan mencapai kisaran US$ 300 juta. Saat ini, progres pengerjaan fasilitas ini sudah mencapai di atas 90%.
Selagi penyelesaian berjalan, penjualan emas SQMI mengandalkan persediaan yang dimiliki dengan memperhatikan pergerakan harga emas di pasar. Hanya saja, Budi tidak merinci berapa jumlah persediaan emas yang dimiliki SQMI saat ini.
Budi optimistis, permintaan dan ketergantungan pasar terhadap emas yang ada bakal berdampak positif terhadap pergerakan harga emas. Katalis positifnya ada 3, yaitu importasi emas dari China, pemulihan ekonomi global dari efek pandemi Covid-19, dan pergerakan fluktuasi cryptocurrency, yaitu Bitcoin.
“Untuk saat ini, keputusan SQMI untuk menjual persediaan emas perusahaan akan bergantung pada harga emas di pasar,” tutur Budi.
Selanjutnya: Ini deretan emiten yang memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News