kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pakar marketing Philip Kotler: Setelah covid-19, perubahan iklim jadi tantangan


Rabu, 27 Mei 2020 / 17:44 WIB
Pakar marketing Philip Kotler: Setelah covid-19, perubahan iklim jadi tantangan
ILUSTRASI. JAKARTA,04/04-ILUSTRASI MEDIA SOSIAL. KONTAN/Fransiskus Simbolon/04/04/2019


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asia Marketing Federation, forum marketing yang berisi pakar marketing dari berbagai negara di Asia, menyelenggarakan Asia Marketing Day 2020 dengan tema Celebrating the 89th Birthday of Professor Philip Kotler Father of Modern Marketing.

Dalam acara yang berlangsung secara virtual tersebut, pakar marketing asal Amerika Serikat (AS), Phillip Kotler melihat perkembangan marketing di Asia saat ini sudah pesat.

"Posisi Asia dalam marketing dan bisnis semakin kuat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena Asia terhitung harmonis dibanding wilayah lain seperti Uni Eropa," ungkapnya dalam sambungan virtual, Rabu (27/5).

Baca Juga: Hingga April, Daihatsu Xenia terjual lebih dari 5.000 unit

Sementara itu, menurut Hermawan Kartajaya, pendiri Markplus sekaligus pendiri Asia Marketing Federation menambahkan, walau inovasi-inovasi masih menjadi milik negara-negara barat, Asia juga mulai maju secara teknologi. Menurutnya, hal ini yang membuat Amerika harus mendekat ke Asia.

"Walau tidak advance dibanding barat, Asia memiliki harmoni, tidak pernah pecah. Selain itu teknologinya maju. Jepang, Korea Selatan, bahkan sampai India sekalipun yang kini mulai menunjukkan kekuatannya," ungkap Hermawan.

Selain masalah marketing dan bisnis, Kotler melanjutkan dirinya juga mencermati kondisi ekonomi Asia dan dunia pasca COVID-19. Ia menilai masalah baru jika COVID-19 adalah masalah isu lingkungan dan sumber daya untuk mendukung ekonomi secara global.

Ancaman seperti perubahan iklim, polusi, banjir, sampai global warming, akan terus terjadi jika salah langkah Kalau kita salah langkah bencana akan terus terjadi. "Hal ini akan mengganggu kestabilan dan pertumbuhan ekonomi," sambung Kotler.

Lebih jauh, ia menuturkan bahwa ekonomi yang baik di masa depan tidak hanya untuk tumbuh, tapi juga recycling, dengan sumber daya yang bisa berputar, memiliki ekosistem, serta ekonomi yang didaur ulang.

Baca Juga: Rajin Evaluasi Racikan, agar Cuan Maksimal

Hal itu beralasan karena dengan jumlah populasi yang terus tumbuh dari tujuh miliar dan diprediksi menjadi sembilan miliar di tahun 2030. Ini lantas akan menjadi pertanyaan apakah pertambahan tersebut bisa difasilitasi oleh sumber daya yang saat ini sudah terbatas dan bahkan berkurang?

"Maka dari itu marketing adalah masa lalu. Di mana ada asumsi dengan keinginan manusia tidak terbatas, sumber daya juga dianggap tidak terbatas dan cukup memenuhi kebutuhan manusia. Sekarang kita tidak hidup di dunia seperti itu lagi. Ekonomi harus lebih dari sekadar tumbuh, tapi juga terjadi circular ekonomi, ekonomi daur ulang. Eksplorasi sumber daya harus dibatasi, sampah didaur ulang, dan fokus konsumsi barang yang bisa digunakan kembali. Sehingga kebutuhan ekonomi kita semua terpenuhi di masa depan," tutup Kotler.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×