Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian BUMN dikabarkan tengah mencari mitra strategis untuk PalmCO guna mendukung produktivitas dan kinerja dari subholding PTPN III tersebut.
Kementerian BUMN melalui Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menyatakan, kemitraan strategis ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kapabilitas, baik secara kinerja operasional maupun keuangan di sisi upstream dan downstream.
SVP Corporate Secretary Holding Perkebunan Nusantara (PTPN) III, Bambang Agustian mengatakan bahwa PTPN menargetkan realisasi kemitraan strategis dapat terlaksana di Kuartal II-2024.
"Kemitraan strategis akan mendukung penyusunan equity story yang lebih kuat dan dipergunakan sebagai thesis investasi bilamana proses unlock value akan dilanjutkan dengan pelaksanaan aksi korporasi PalmCO di masa yang akan datang," kata Bambang kepada Kontan.co.id, Jumat (5/1).
Baca Juga: Batal IPO di 2024, Wamen BUMN Tiko Sebut PalmCo Akan Cari Investor Baru
Bambang mengatakan, PalmCo mencari mitra strategis dengan kapabilitas utama di sektor downstream kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan rencana pengembangan bisnis PalmCO di sektor hilir.
"Hal tersebut diharapkan dapat meminimalisir gap exercise yang ada," paparnya.
Namun, PTPN tidak menutup kemungkinan jika ada mitra strategis yang juga berminat di sektor upstream.
"PTPN membuka peluang mitra strategis dari pihak swasta atau BUMN, baik dari dalam negeri maupun luar negeri," jelasnya.
Diberitakan Kontan sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan penggabungan atau merger atas 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo target terhadap produksi Crude Palm Oil (CPO).
PalmCo digadang-gadang akan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600.000 hektare pada 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia.
Baca Juga: Usai Dibentuk, PalmCo Gandeng ASPEKPIR Kebut Program PSR di Kalimantan
Sedangkan SupportingCo akan menjadi perusahaan pengelola aset perkebunan unggul. Mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha, serta green business.
Usai merger, produksi CPO kebun pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 2,5 juta ton. Sementara total luas lahan terutama total luas lahan yang ditanami (planted area) setelah penggabungan di tahun 2024 mendatang diperkirakan berada di angka 560.000 hektare (Ha).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News