Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Greget masyarakat Jakarta untuk membeli tanaman hias merosot drastis tahun ini. Maklum saja, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak Mei lalu, ikut menurunkan daya beli masyarakat. Walhasil, para pedagang tanaman hias yang sudah terlanjur mengeluarkan modal untuk ikut Pameran Tanaman dan Hewan Flona 2008 di Lapangan Banteng pun terancam buntung.
Halim Djanim, pemilik nursery Rere Flora di bilangan Kembangan, Jakarta Barat mengaku penjualan yang bisa diraihnya tahun ini hanya sekitar 10% saja dari penjualan rata-rata setiap harinya pada pameran tahun lalu. "Dulu rata-rata saya bisa dapet Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per hari, sekarang paling banter cuma Rp 300.000 atau 20 pot saja," keluh Halim.
Padahal, menurut pria Betawi yang berjualan adenium, aglaonema serta enforbia itu, ongkos yang harus dia keluarkan untuk mengikuti pameran tahun ini jauh lebih besar ketimbang pameran Flona 2007. Disebut Halim, Pameran Flona tahun lalu ia cukup merogoh kocek Rp 4 juta untuk bisa mendapatkan satu stan di lokasi pameran. Sementara, tahun ini, biayanya melonjak menjadi Rp 6,6 juta per satu stan. Itu di luar biaya ongkos angkut tanaman dari nurserynya ke lokasi pameran dan ongkos membayar dua orang pekerja yang menjaga stannya.
Dalam hitung-hitungan Halim, untuk bisa dapat sedikit untung dari biaya yang sudah dikeluarkannya itu, setidaknya, dia harus bisa dapat pemasukan Rp 400.000 setiap hari. Tetapi kenyataannya jauh dari yang dibayangkan. Karena tidak mau menangguk rugi, Halim tetap optimis dan bertekad untuk terus menggelar dagangannya sampai akhir pameran tanggal 25 Agustus nanti. Dengan harapan, ada lonjakan pembelian ketika sudah mendekati hari akhir.
"Tapi saya tidak mau kalau sampai harus banting harga. Prinsip saya, laku tak laku tanaman harus kita tarik lagi," ujarnya.
Sementara menurut Haji Thosim, pemilik Kurnia Flora di bilangan Meruya Utara, sepinya pengunjung yang berkeliaran di area pameran karena pihak penyelenggara kurang gencar berpromosi. Selain itu, adanya beberapa stan yang kosong tanpa penghuni, menurutnya, juga berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk kembali mengunjungi Flona 2008.
"Kalau banyak yang kosong begitu, gimana orang mau tertarik balik lagi. Mereka kan mikirnya, pameran sepi dan nggak banyak tanamannya ngapain dateng lagi," ujarnya.
Meskipun enggan menyebut berapa penghasilan yang sudah diterima sampai hari ke 15 pameran hari ini, namun Thosim memiliki target pendapatan yang harus didapatkan hingga akhir pameran. Target tersebut untuk menutup ongkos transportasi yang nantinya akan dikeluarkannya untuk pengembalian puluhan pot tanaman yang kemungkinan tidak laku.
Sedianya, Pameran Tanaman dan Hewan Flona 2008 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat digelar mulai tanggal 1 Agustus sampai 31 Agustus 2008. Namun, menurut Thosim, pihak penyelenggara tampaknya mempersingkat waktu pameran hanya sampai tanggal 25 Agustus saja dengan alasan dimulainya bulan Ramadhan.
Meskipun sudah diumumkan gelaran itu bakal dipersingkat, namun beberapa peserta pameran tampak sudah menutup stannya lebih awal. Dua stan besar yang sudah menutup stannya adalah yang dimiliki oleh Ikatan Pecinta Reptil Indonesia, yang menjual beraneka macam reptil dan hewan melata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News