kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Pandemi Covid-19, kerek omzet produsen AMDK


Senin, 15 Maret 2021 / 17:00 WIB
Pandemi Covid-19, kerek omzet produsen AMDK
ILUSTRASI. Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat air minum dalam kemasan di Jakarta,


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama pandemi Covid-19 bergulir, Indonesia Water Institute (IWI) menemukan adanya perubahan pola konsumsi dan sumber air bersih menggunakan air perpipaan, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), dan sumber alternatif lainnya.

Indonesia Water Institute melakukan penelitian kepada 1.296 reponden tersebar di seluruh Indonesia untuk mengetahui perubahan pola konsumsi air bersih yang terjadi selama pandemi.

Responden mayoritas dari pulau Jawa sebanyak 59%, Sumatera 25%, Kalimantan 2,9%, Sulawesi 4,2%, dan sisanya dari wilayah lain seperti Maluku, Papua, dll.  Periode pengisian survey berlangsung dari tanggal 15 Oktober hingga 12 November 2020.

Dari hasil survey tersebut, sebanyak 52% responden memenuhi sumber air menggunakan air perpiaan sisanya 45% responden menggunakan sumber dari alternatif lain salah satunya AMDK.

Baca Juga: IWI minta pemerintah perhatikan regulasi yang lindungi kesehatan masyarakat

Firdaus Ali, Pendiri dan Pimpinan Indonesia Water Institute Indonesia menjelaskan dalam penelitian ini IWI juga merekam transisi pengguna air tanah ke AMDK dan air perpipaan selama pandemi.

Sebanyak 65% responden pengguna air tanah beralih menggunakan AMDK dan air perpipaan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

"Transisi ini terjadi karena AMDK paling gampang diakses dalam keadaan apapun. Dahulu AMDK adalah gaya hidup sekarang menjadi kebutuhan  hidup bagi sebagian masyarakat dan ini harus dicarikan solusi," jelasnya dalam acara virtual, Kamis (11/2).

Adapun biaya yang dikeluarkan responden untuk kebutuhan air ini berkisar di antara Rp 300.000 hingga Rp 1 juta. Peningkatan pengeluaran kebutuhan air selama pandemi berkisar hingga lima kali lipat. Sebanyak 87% responden mengeluarkan biaya mencapai rata-rata 300.000 per bulan untuk AMDK.

Kemudian dari sisi sumber air minum, sebanyak 88% responden menggunakan air kemasan galon dan sisanya menggunakan air minum kemasan lainnya seperti dari AMDK botol dan gelas.

Adanya kebiasaan yang berubah ini, konsumsi AMDK meningkat.  Sebanyak 80% responen menggunakan AMDK sebanyak 51 liter hingga 200 liter per bulan atau 1-10 galon/bulan

Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat menjelaskan selama pandemi terjadi peningkatan konsumsi galon di rumah tangga. Tetapi mengalami juga penurunan konsumsi di perkantoran,  hotel dan restauran.

"Secara akumulasi, konsumsi AMDK galon tumbuh sekitar 10% di masa pandemi, sedangkan kemasan kecil sekitar minus 20% dibandingkan kondisi normal," jelasnya kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Ada pandemi Covid-19, industri kemasan dalam negeri laris manis

Aspadin berharap konsumsi AMDK galon akan terus meningkat dan konsumsi kemasan kecil bisa bangkit seiring kembali geliat di masa kenormalan baru.

Tumbuhnya permintaan AMDK galon juga dirasakan oleh PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), perusahaan yang menjual AMDK merek Cleo.

Direktur Utama CLEO Belinda Tanoko membenarkan adanya kenaikan konsumsi AMDK di masa pandemi Covid-19. Belinda bilang, situasi ini menjadikan  peningkatan konsumsi AMDK khususnya kemasan Galon yang luar biasa dan sangat dirasakan oleh Cleo.

"Omzet kemasan galon meningkat karena sebagian besar digunakan dikonsumsi di rumah tangga dan perkantoran," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).

Kendati tidak memerinci berapa kenaikan permintaan dan omzetnya, Belinda memaparkan, ada sejumlah sentimen positif yang meningkatkan permintaan.

Pertama, dengan semakin meningkatnya daya beli masyarakat kepedulian tentang kesehatan dan produk berkualitas meningkat sehingga dari masak air ke isi ulang lalu ke AMDK skala middle low kemudian berpindah ke AMDK Premium salah satunya produk Cleo.

"Selain itu, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah di Indonesia juga menjadikan banyak keluarga yang harus melakukan aktivitas dari rumah," kata Belinda.

Baca Juga: Sariguna Primatirta (CLEO) optimistis kinerja bisnis tahun ini lebih baik

Belinda melihat prospek bisnis AMDK di sepanjang tahun ini akan meningkat luar biasa seiring banyak orang yang sadar dengan kesehatan dan memilih AMDK premium Cleo yang diklaim terbaik di kelasnya.

Namun, bukan berarti AMDK tidak menghadapi tantangan. Belinda menjelaskan pasar AMDK pada awal tahun dihadapkan dengan iklim alam ekstrem dengan intensitas curah hujan tinggi, kondisi ini dan banjir mengakibatkan kendala pada distribusi barang.

Selain itu, keputusan pemerintah daerah perihal larangan pembatasan kegiatan masyarakat berpengaruh pada penurunan permintaan pasar khususnya kemasan cup dan botol.

Maka dari itu, di sepanjang tahun ini, Belinda menegaskan CLEO akan terus melakukan inovasi produk dan mempertajam fokus pada wilayah produk Cleo yang belum merata.

Strateginya dengan melakukan terobosan ekspansi secara masif dengan membuka pabrik baru dan cabang pemasaran dan distribusi di seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga: Anggarkan Rp 150 miliar, simak penggunaan capex Sariguna Primatirta (CLEO) di 2021

Produsen AMDK galon lainnya, Danone Indonesia enggan memberikan keterangan perihal penjualan. Yang terang, Danone Indonesia memastikan pasokan air minum terpenuhi di masa pandemi.

"AQUA akan terus memastikan pasokan air minum untuk pemenuhan hidrasi sehat konsumen  yang sangat diperlukan di kala pandemi ini. Kami menyediakan aneka pilihan kemasan sesuai kebutuhan konsumen," jelas Direktur Komunikasi Perusahaan Danone Indonesia, Arif Mujahidin kepada Kontan.co.id, Senin (15/3).

Arif mengatakan, seperti industri lainnya, Danone Indonesia berharap pandemi segera teratasi sehingga krisis kesehatan dan resesi ekonomi bisa berakhir dan iklim usaha kembali normal seperti sebelum pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×