Reporter: Agung Hidayat, Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
Memang, saat ada event wisata, penjualan besi putih ikut terdongkrak. Namun, hal itu belum cukup untuk menutupi kebutuhan harian para penjual. Naim meminta, supaya perhatian dari Pemda tak hanya jika ada event saja. “Kalau ada event bisa Rp 2-Rp 3 juta, tapi kalau sehari-hari hanya Rp 100-Rp 200 ribu. Perhatian dari Pemda belum tampak,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh UKM di Pulau Galo-Galo. Raode Lohor, salah satu penggerak UKM di sana, mengaku bahwa Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang ada di Galo-galo terbentuk secara swadaya.
Baca Juga: Berkaraoke ria di Museum Perang Dunia II dan Trikora Morotai
Padahal, produk UKM di sini cukup potensial, khususnya sebagai cinderamata untuk menunjang wisata di Morotai. Raode bilang, Pokdarwis di Galo-galo memproduksi sabun nabati yang berasal dari minyak kelapa dengan sejumlah varian, yakni mangrove, rumput laut dna lidah buaya.
Selain itu, ada juga anyaman dari daun pandan, kerajinan pahat kayu, ikan asin juga olahan rumput laut. Menurutnya, perhatian Pemda baru datang ketika ada event wisata di Morotai saja. Setelah itu, belum ada perhatian yang berkesinambungan, baik untuk penjualan maupun promosi. “Sudah menjanjikan, tapi belum ada. Pokdarwis ini masih mandiri,” ujarnya.
Hal senada juga dirasakan oleh desa wisata di Desa Kolorai. Rusmaini Laeli, salah seorang warga pemilik homestay di Desa Kolorai mengaku bantuan dari Pemda diberikan pada saat persiapan Sail Morotai tahun 2012 lalu. “Setelah itu belum ada lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Ingin Island Hopping di Morotai? Jangan Lupa singgah dulu di Pasir Timbul
Padahal, Desa Kolorai memiliki posisi strategis sebagai persinggahan ketika para pelancong melakukan wisata susur pulau atau Island Hopping. Selain itu, Desa Kolorai juga dikenal sebagai pengrajin ikan asin.
Rusmaini bilang, saat ini ada 12 homestay yang ada di Kolorai. Rerata jumlah wisatawan yang menginap di sana hanya 5-10 malam, dalam sebulan. Sementara jika musim liburan akhir tahun atau lebaran, jumlah okupansinya bisa mencapai 20 malam.
“Tapi ada kalanya baru ada satu tamu dalam satu atau dua bulan. Kita perlu bantuan Pemda untuk promosi,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News