Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kinerja ekspor kakao pada April 2013 anjlok. Data Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) menunjukkan, ekspor biji kakao pada April 2013 hanya 7.029,39 ton, turun 15,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 8.353 ton.
Firman Bakri, Sekretaris Eksekutif Askindo, mengatakan, jika dibandingkan dengan realisasi ekspor biji kakao pada bulan sebelumnya, kinerja ekspor biji kakao April 2013 juga menurun drastis. Pada Maret 2013 tercatat realisasi ekspor biji kakao 18.830,61 ton.
Sekarang, kata Firman, sulit memprediksikan fluktuasi ekspor biji kakao. "Sulit juga memprediksikan pengaruh penerapan bea keluar (BK) terhadap ekspor," kata Firman kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Pun halnya sulit memprediksikan volume ekspor biji kakao pada Mei 2013 ini. Hanya saja, menurut kalkulasi Firman, ekspor biji kakao masih tetap rendah pada Mei ini, yaitu di bawah 10.000 ton.
Pukulan lain bagi pengusaha kakao juga datang dari pasar dalam negeri. Sejauh ini, penyerapan biji kakao di dalam negeri belum beranjak.
Permintaan dari pasar lokal, menurut Firman, akan naik signifikan setelah pabrik pengolahan biji kakao baru beroperasi. Sebagai catatan, pekan lalu PT Cargill Indonesia memulai pembangunan pabrik pengolahan kakao di Gresik, Jawa Timur berkapasitas 70.000 ton per tahun. Dengan investasi lebih dari US$ 120 juta, pabrik pengolahan biji kakao tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2014.
Selain Cargill, perusahaan multinasional lain yang rencananya membangun pabrik pengolahan kakao adalah Barry Callebout dari Amerika Serikat dan JB Cocoa dari Malaysia. Perusahaan lokal, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII dan PT Bumi Tangerang Mesindotama, juga akan menggenjot produksinya tahun ini.
Askindo memperkirakan ekspor biji kakao akan terus meredup, karena produksi kakao dalam negeri relatif tidak ada perubahan. Bila tahun lalu ekspor biji kakao mencapai 139.177,11 ton, tahun ini diperkirakan menyusut hingga di bawah 100.000 ton.
Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Piter Jasman bilang, kemajuan disektor hilir kakao tidak didukung suplai bahan baku yang mencukupi. AEKI menghitung tahun depan kapasitas terpasang pabrik pengolah kakao mencapai 510.000 ton. Sedangkan produksi biji kakao dalam negeri rata-rata hanya 500.000 ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News