kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar kontruksi bangunan gedung makin menjulang


Senin, 16 April 2018 / 21:46 WIB
 Pasar kontruksi bangunan gedung makin menjulang
ILUSTRASI. Apartemen Tamansari - Wika Realty dengan kontraktor Wika Gedung


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar konstruksi bangunan gedung tahun ini masih bergeliat. Hal tersebut tercermin dari pencapaian kontrak baru perusahaan konstruksi yang fokus di bangunan gedung.

Lihat saja PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk, sepanjang Januari-Maret 2018 telah berhasil mengantongi kontrak baru sebesar Rp 2,44 triliun. Pencapaian itu setara 31,2% dari total target yang ditetapkan perusahaan tahun ini yaitu Rp 7,8 triliun.

Dengan tambahan kontrak lungsuran tahun lalu (carry over) sebesar Rp 7,83 triliun maka total kontrak yang dihadapi perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham WEGE ini telah mencapai Rp 10,27 triliun.

Dari performa kuartal I itu, managemen WEGE masih sangat optimis target yang ditetapkan perusahaan tahun 2018 bisa dicapai. "Prospek konstruksi tahun ini bagus, WEGE yakin akan mencapai sasaran new kontrak sampai akhir tahun," kata Nur Alfata, Direktur WEGE pada Kontan.co.id, Senin (16/4).

Kontrak baru tersebut diperoleh Wika Gedung dari proyek Bandara Palembang, Transmart Semarang, Transmart Pekalongan, Biofarma Bandung, Ruko dan Sekolah Podomoro Golf View, Paket Ars-ME Transpark Cibubur, Gedung Pelabuhan Benoa, Bandara Banjarmasin (JO) dan RSUD Cengkareng.

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) juga masih yakin prospek konstruksi di bangunan gedung masih cukup besar tahun ini. Walaupun sepanjang kuartal I 2018 baru berhasil mengantongi kontrak anyar Rp 280 miliar, perusahaan yang fokus membidik proyek gedung tersebut masih yakin target Rp 4 triliun tahun ini.

TOTL optimis karena perusahaan sedang mengikuti tender-tender proyek dalam skala besar. Nilai kontrak proyek- proyek dalam pipeline mereka sejauh ini mencapai Rp 6,3 triliun "Kami masih optimis dengan melihat pipeline yang ada." kata Mahmilan Sugiyo, Sekretaris Perusahaan TOTL.

Tahun ini, TOTL masih akan fokus membidik proyek-proyek gedung premium bertingkat tinggi. Kebanyakan dari proyek- proyek yang sedang ditenderkan, mereka maju secara mandiri. Sedangkan yang diikuti lewat kerjasama operasi hanya dua proyek saja.

Salah satu proyek yang telah berhasil diperoleh TOTL adalah pembangunan proyek hotel di Bengkulu dengan nilai kontrak sebesar Rp 75 miliar. Dengan tambahan kontrak carry over sebesar Rp 4,77 triliun maka kontrak yang mereka hadapi masih sekitar Rp 5 triliun.

PTPP juga tercatat berhasil menjaring banyak proyek gedung sepanjang kuartal I. Dari total Rp 9,5 triliun kontrak baru yang berhasil didapat perusahaan, sekitar 55,5% disumbang dari proyek segmen gedung atau sekitar Rp 5,27 triliun. Sisanya datang dari proyek infrastruktur dan energi.
Salah satu proyek gedung yang didapat adalah pembangunan Hotel Mandalika Paramount senilai Rp 850 miliar.

Sementara BCI Asia Indonesia, memperkirakan pasar konstruksi di Indonesia tahun 2018 akan mencapai Rp 451,33 triliun, tumbuh 2,71% dari nilai konstruksi tahun 2017 yaitu Rp 439,44 triliun. Dimana nilai konstruksi gedung ditaksir hanya akan naik 1,05% menjadi Rp 157,11 triliun dari Rp 155,86 triliun tahun lalu.

Menurut Riset tersebut, nilai konstruksi gedung akan lebih banyak disumbang dari proyek presidensial di sekitar Jakarta yaitu sekitar Rp 64,84 triliun. Namun dibandingkan tahun lalu, konstruksi proyek hunian itu ditaksir hanya tumbuh 1,28%.

Pertumbuhan paling tinggi akan terjadi pada konstruksi hotel yang diperkirakan tumbuh 20,09% menjadi Rp 13,9 triliun ditopang oleh pembangunan hotel di sekitar Bali- Nusa Tenggara Barat serta sekitar Jakarta. Sementara konstruksi retail dan office diperkirakan akan turun masing-masing 16,17% dan 0,9% menjadi Rp 16,4 triliun dan Rp 11,98 triliun.

Sementara Ferry Salanto, Senior Associate Director Coliiers International Indonesia mengatakan , prospeek konstruksi bangunan gedung akan sangat tergantung pada performa penjualan developer. "Kalau saya lihat dua tahun ke depan, pembangunan itu masih terus berlangsung kalau lihat pipeline pengembang, tapi kita tidak tahu apakah itu sesuai rencana karean itu akan tergantung penjualan mereka,"kata Ferry.

Ferry bilang pasar konstruksi itu mengikut dibelakang pasar properti. Propertinya harus bergerak dulu baru konstruksinya bergerak. Walaupun pasar properti di kuartal I sudah muali bergerak, dia menilai secara umum pasar belum cukup baik sehingga untuk prospek konstruksi masih harus melihat perkembangan pasar lebih jauh lagi ke depan.

"Kalau untuk proyek yang sudah mulai dibangun kemungkinan besar akan tetap berjalan. Tetapi untuk proyek yang belum dibangun, pengembang pasti akan menunggu dulu sampai penjualan cukup bagus baru mereka bangun karena sekarang pengembang juga sudah mulai hati-hati." terang Ferry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×