Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Edy Can
JAKARTA. Produksi gas alam cair (LNG) Bontang berpotensi turun akibat pasok berkurang dari PT Total E&P Indonesie. Produksi LNG Bontang berpotensi surut antara 18 hingga 20 kargo atau sekitar 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
BP Migas masih mencari tahu penyebab penurunan gas milik Total tersebut. Direktur Operasi Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Rudi Rubiandini mengatakan, produksi gas Total seharusnya sebesar 2.020 mmscfd.
Namun, dia bilang karena ada permasalahan subservice di lapangan Nubi, masalah transportasi dari rig dan turn around (perawatan) produksinya hanya sebesar 1.800 mmscfd. "Menurut pengakuan dari mereka (Total) karena memang reservoarnya sudah tua," kata Rudi kepada KONTAN di kantornya, Senin (16/4).
Apabila penyebab penurunan produksi gas itu karena masalah teknis, Rudi akan meminta Total menaikkan produksi seperti dengan pemasangan platform (rig) yang tepat waktu.
Rudi mengungkapkan, sejak pertengahan tahun lalu produksi LNG Bontang sudah melorot. Tahun lalu, produksi LNG Bontang sudah meleset sebesar 8 kargo. Tahun ini, Rudi memprediksikan produksi LNG Bontang bisa menurun bisa anjlok dua kali lipat bila pasokan gas dari Total tidak bertambah.
Kendati produksi menurun, LNG Bontang masih memenuhi semua kontrak pembeliannya. Pasalnya, potensi kehilangan LNG tersebut diperuntukkan untuk pasar spot. "Semua kontrak sudah diamankan," kata Rudi.
Berdasarkan kontrak, LNG Bontang akan dikirim kepada pembeli asal Taiwan, Korea dan Jepang. Sedangkan pembeli domestik yang mendapatkan jatah gas LNG Bontang adalah Floating Storage Receiving Terminal (FSRT) Teluk Jakarta.
Sebelumnya, Presiden Direktur dan General Manager Total E&P Indonesie, Elisabeth Proust mengatakan produksi di lapangan Nubi berjalan baik. Total mengakui, adanya penurunan produksi gas sebab sudah melakukan ekplorasi sebesar 70% dari keseluruhan Blok Mahakam. Selain itu, banyak lapangan-lapangan yang berlokasi di Blok Mahakam sudah tua sehingga produksinya juga mengalami penurunan.
"Kami akan melakukan hal terbaik untuk melawan penurunan secara alamiah. Kami akan memenuhi target. Tahun lalu produksi sebesar 2.2 billion cubic feet per day (bcfd), tahun ini produksi gas 2 bcfd," kata Elisabeth.
Blok Mahakam merupakan penyumbang gas terbesar dalam produksi LNG Bontang. Sekitar 82% pasokan kilang LNG Bontang berasal dari Blok Mahakam. Saat ini kepemilikan blok Mahakam dikuasai masing-masing 50% oleh Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation.
Kontrak kerja sama (KKS) Blok Mahakam berjangka waktu selama 30 tahun dan diteken pada 31 Maret 1967 antara pemerintah Indonesia dengan Total E&P Indonesie. Kontrak telah diperpanjang selama 20 tahun sejak 31 Maret 1997 atau akan berakhir pada 31 Maret 2017.
Direktur Utama Badak NGL Hanung Budya pernah mengatakan produksi kilang Bontang tak terpenuhi karena pasokan gas dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) turun. Seharusnya, KKKS menyuplai gas sebesar 3.300 juta kaki kubik perhari (mmscfd) namun kilang Badak hanya mendapat 2.000 mmscfd.
Tahun ini, produksi LNG sebesar 15,35 juta ton atau 271 kargo. Padahal tahun lalu, kilang Bontang bisa memproduksi hingga 16,48 juta ton atau sekitar 313 kargo. Kilang Bontang memiliki delapan train dengan kapasitas produksi mencapai 22,5 juta ton LNG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News