kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasokan melimpah, harga kakao lokal terus merosot


Jumat, 08 April 2011 / 08:45 WIB
Pasokan melimpah, harga kakao lokal terus merosot
ILUSTRASI. Seorang tentara Korea Utara terlihat di samping pos jaga di dalam wilayah Korea Utara dalam gambar ini diambil di dekat zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea di Paju, Korea Selatan 16 Juni 2020. REUTERS/Kim Hong-Ji


Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga kakao internasional terus melorot. Ini artinya, harga kakao di dalam negeri juga tidak akan bisa terkerek. Apalagi, sebentar lagi musim panen kakao tiba. Alhasil, harga kakao bisa semakin terpuruk.

Berdasarkan data Bloomberg, harga kakao di ICE Futures untuk pengiriman Mei 2011 ada di level US$ 2.999 per ton. Padahal, harga kakao sempat mencapai titik tertingginya pada (3/3) lalu di level US$ 3.733 per ton.

Merosotnya harga kakao internasional ini disebabkan karena pasokan kakao internasional sedang melimpah. Ditambah lagi, Pantai Gading sebagai produsen kakao terbesar di dunia memberikan sinyal akan kembali membuka keran ekspornya.

Ketua Asosiasi Petani kakao Indonesia (APKAI) A. Sulaiman Husain mengatakan penurunan harga kakao internasional sangat berpengaruh pada harga kakao di dalam negeri. "Sebab, harga kakao di dalam negeri ditetapkan dengan acuan harga kakao internasional," ujarnya kepada KONTAN Kamis (7/4).

Sulaiman menambahkan, saat ini harga kakao di tingkat petani melorot hingga Rp 17.000 per kg, padahal harga kakao di dalam negeri sempat naik sampai Rp 20.000 per kg. Bahkan, saat harga kakao internasional mencapai rekor tertingginya di awal Maret 2011 lalu, harga kakao di tingkat petani di dalam negeri mencapai Rp 23.000 per kg.

Catatan saja, pada akhir April - Mei nanti di Indonesia memasuki musim panen kakao. Sulaiman bilang, dalam kondisi normal produktivitas kakao nasional rata-rata mencapai 798 kg per hektare per tahun. Tapi, akibat musim hujan yang berkepanjangan, produktivitas kakao nasional diperkirakan akan sedikit menurun.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang membenarkan kemungkinan menurunnya produksi kakao di dalam negeri. "Akibat curah hujan yang tinggi, produksi kakao nasional diperkirakan bisa menurun sekitar 20%," jelasnya kepada KONTAN Kamis (7/4).

Ia mengatakan, produksi kakao nasional per tahun rata-rata sekitar 550.000 ton. Dari jumlah itu, konsumsi dalam negeri sekitar 250.000 ton, sedangkan sisanya sekitar 300.000 ton diekspor.

Kendati pasokan kakao dari Indonesia menurun, tapi Zulhefi bilang saat ini di dunia sedang mengalami kelebihan pasokan kakao. Jika pasokan internasional masih melimpah, Zulhefi bilang harga kakao akan terus merosot.

Apalagi kalau Pantai Gading membuka keran ekspornya harga akan melorot ke US$ 2.800 per ton. Jika harga ini terlampaui, harga kakao masih akan bisa melorot ke level US$ 2.500 per ton.

Kalau harga kakao internasional melorot ke level di bawah US$ 2.800 per ton, Zulhefi meramalkan harga kakao di dalam negeri bisa terus melorot menjadi Rp 15.000 per kg. "Harga di bawah Rp 15.000 per kg sudah tidak menarik lagi bagi petani," katanya.

Penurunan harga kakao di dalam negeri memang jelas terjadi. Berdasarkan laporan analisis perkembangan harga Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Rabu (6/4) menyatakan harga kakao basah di Kabupaten Pasawaran, Lampung berkisar antara Rp 14.000 per kg - Rp 15.000 per kg. Sedangkan harga kakao kering masih stabil di harga Rp 23.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×