Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah hampir dua bulan menjalankan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Pemprov DKI Jakarta pada akhirnya memutuskan bahwa bulan Juni ini akan menjadi PSBB transisi menuju tahap new normal.
Sejumlah kebijakan pun digulirkan untuk membiasakan masyarakat dengan perilaku normal baru kelak. Antara lain, kantor dan tempat ibadah kembali dibuka meski dengan kapasitas terbatas.
Begitu pula dengan pusat perbelanjaan, meski sejumlah tenant yang usahanya berefek pada pengumpulan orang dalam jumlah besar seperti pusat kebugaran dan bioskop masih ditunda operasionalnya. Demikian pula dengan transportasi publik yang kini telah beroperasi kembali.
Baca Juga: Kadin: Imbas Covid-19, dunia usaha terkendala modal kerja
Meski masih mengalami pembatasan, tak bisa dipungkiri, fase transisi ini laksana angin segar bagi masyarakat dan dunia bisnis, khususnya di Jakarta yang selama 2 bulan bak dibekap berbagai aktivitasnya demi memutus rantai penularan virus Covid-19.
Setelah nyaris dua bulan vakum, pebisnis pun harus tancap gas demi mengejar kehilangan kesempatan yang terjadi beberapa waktu lalu.
Apung Sumengkar, Pendiri dan CEO Daya Qarsa, perusahaan konsultasi bisnis, menyarankan agar pebisnis menyiapkan berbagai strategi bisnis untuk memaksimalkan pendapatan dalam memasuki fase transisi ke era new normal ini.
“Pada fase transisi ini sangat penting bagi pelaku bisnis untuk menargetkan tingkat pendapatan bisnis seperti sebelum krisis, dan secara simultan memotong berbagai biaya agar bisa mendulang laba yang lebih besar, demi memulihkan profit yang hilang selama beberapa waktu lalu,” ujar Apung dalam keterangan resminya, Kamis (11/6).
Patut diingat bahwa akan terjadi perubahan besar perilaku konsumen di era new normal. Konsumen akan lebih berhati-hati ketika mengunjungi pusat perbelanjaan atau pusat-pusat layanan pelanggan lainnya. Kecenderungan lainnya, konsumen akan lebih cenderung menggunakan sarana daring pada saat bertransaksi.
Menyambut kondisi ini, sebisa mungkin pelaku bisnis menunjukkan kepada konsumen bahwa pihaknya memberikan perhatian besar dalam merangkul aneka perubahan tersebut. Menurut Apung, caranya bisa dilakukan di antaranya sebagai berikut:
Baca Juga: Hadapi new normal, begini strategi DataOn agar karyawan bekerja efektif
Pertama, menyiapkan infrastruktur keamanan dan keselamatan di tempat kerja atau pusat layanan bisnis, baik untuk karyawan maupun pelanggan. Contohnya, bisa dengan menyediakan perlengkapan alat pelindung diri (APD) bagi petugas layanan di titik-titik pembayaran seperti di kasir serta mengecek suhu tubuh dan mewajibkan penggunaan masker serta menggunakan hand sanitizer atau mencuci tangan untuk pelanggan yang datang.
Kedua, pebisnis harus bersiap untuk memaksimalkan penjualan demi memulihkan omset yang anjlok beberapa waktu lalu. Caranya, menurut pria yang telah berkarier lebih dari 15 tahun di perusahaan konsultan global seperti McKinsey & Company, dan Deloitte Consulting, serta menangani klien di Asia Tenggara, Jepang dan Eropa itu, adalah dengan menggelar beragam program promosi yang dapat memberikan insentif kepada pengunjung untuk membeli dalam kuantitas lebih banyak, mempromosikan bisnis daring (online) atau layanan pesan antar.
Strategi lainnya mendorong penjualan, lanjut Apung yang merupakan alumnus Teknik Industri Universitas Indonesia dan MBA Manajemen Strategis dari RSM University, Belanda serta kandidat PhD Manajemen Strategis di Universitas Indonesia itu, yakni dengan mendorong pelanggan untuk melakukan pembelian menggunakan system jasa titip atau gift bagi teman dekat serta keluarga mereka yang tidak bisa datang ke lokasi penjualan.
Apung juga menyarankan agar pebisnis mengoptimalkan performa kanal-kanal penjualan daring agar bisa memaksimalkan penjualan dan sekaligus, mencari sumber-sumber alternative pemasukan untuk menggantikan pendapatan bisnis yang hilang selama ini.
Baca Juga: Bank Dunia ramal ekonomi AS bakal terkontraksi 6,1% di 2020 akibat wabah corona
Pada akhirnya, para pebisnis sebaiknya melihat masa transisi ini sebagai kesempatan emas untuk memulai proses rebound dari bisnis mereka yang sempat melambat dan bahkan terhenti kemarin.
“Oleh karena itu, patut saya tekankan sekali lagi, sangatlah penting untuk menyusun segera infrastruktur – infrastruktur bisnis yang dibutuhkan sebagai batu loncatan agar usaha Anda bisa melompat lebih tinggi lagi ketika memasuki era new normal,” tandas Apung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News