Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Beberapa pekan setelah Harga Eceran Tertinggi (HET) beras ditetapkan, mulai terdapat berbagai kendala yang ditemui. Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid pun mengungkap, saat ini pasokan beras medium di PIBC mulai mengalami penurunan.
Padahal, menurutnya mayoritas masyarakat mengonsumsi beras medium dibandingkan beras premium. Sementara itu pasokan beras premium masih tetap terjaga.
"Beras yang diminati masyarakat kan beras medium. Kurang lebih ada 70% sampai 75%. Itu yang diminati masyarakat, justru beras medium yang tidak ada di pasaran," ungkap Zulkifli, Senin (18/9).
Zulkifli berpendapat, HET yang ditetapkan pemerintah tidak relevan ditetapkan saat ini. Terlebih musim kemarau yang sedang dialami oleh Indonesia. Dia juga mengungkap, HET yang ditetapkan semakin menekan pedagang lantaran harga beras yang terus meningkat.
Pasalnya harga beras yang paling rendah sekitar Rp 9.300 - Rp 9.400 per kg. Karena itu, sulit pagi pedagang untuk menjual beras medium sesuai dengan HET yakni Rp 9.450 per kg.
Melihat berkurangnya stok beras medium, Zulkifli pun mengungkap supaya pemerintah segera melakukan tindakan untuk mengatasi masalah ini.
Menurutnya, bila pemerintah memang memiliki pasokan beras di Perum Bulog, maka sudah seharusnya beras tersebut segera disalurkan pada masyarakat.
"Kami menunggu kabar dari pemerintah, apa langkahnya menanggulangi beras medium yang tidak ada ini. Dan kalau memang pemerintah memiliki stok 1,7 juta ton, coba keluarkan saat ini. Itu berasnya ada dimana," tutur Zulkifli.
Di sisi lain, Dwi Andreas Santosa, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) pun mengakui terjadi tren penurunan stok beras di PIBC. Namun, dia merasa stok tersebut masih tergolong dalam kategori aman.
Menurutnya, yang perlu diantisipasi saat ini adalah kenaikan harga yang terus meningkat. Dia pun berpendapat, HET belum bisa memberikan efek dalam kondisi saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News