Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lebih dari 10 bulan sudah waktu berlalu sejak Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai diundangkan. Kendati demikian, pelaku industri otomotif terkesan masih berhati-hati untuk menjajal pasar kendaraan listrik.
PR and Digital Manager PT Sokonindo Automobile (DFSK) Arviane Dahniarny mengatakan, aturan seputar kendaraan listrik yang dinilai masih belum terlalu jelas menjadi alasan utama mengapa DFSK tidak ingin grasak-grusuk dalam memboyong lini kendaraan-kendaraan listriknya ke Indonesia. Arviane bilang, langkah pemerintah melalui penerbitan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 serta sejumlah aturan lainnya sudah menunjukkan progres yang baik.
Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa bahwa pekerjaan rumah pemerintah dalam menyiapkan kerangka aturan sudah selesai sepenuhnya. “Tentu masih ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan seperti peraturan soal teknis homologasi, peraturan soal teknis perakitan, kesiapan infrastruktur, dan lain-lain,” kata Arviane kepada Kontan.co.id, Jumat (3/7).
Baca Juga: Pengembangan bisnis kendaraan listrik masih melaju meski ada pandemi
Kendati demikian, tidak berarti bahwa DFSK belum mau memboyong kendaraan listriknya ke Indonesia sama sekali. Sebelumnya, DFSK sempat berencana meluncurkan DFSK gelora E ke pasar otomotif tanah air pada paruh kedua tahun ini.
Kendaraan niaga yang sudah full ditenagai listrik alias berjenis battery electric vehicle (BEV) tersebut sudah sempat diperkenalkan kepada publik Indonesia pada ajang Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2020 beberapa waktu lalu. Tapi, rencana tersebut terpaksa harus ditinjau ulang akibat merebaknya pagebluk corona (covid-19) di Indonesia.
Arviane mengaku belum bisa memastikan apakah DFSK gelora E akan tetap diluncurkan di semester II tahun ini atau mundur ke periode-periode berikutnya. “Belum bisa kami jawab untuk kepastian waktunya,” kata Arviane.
Baca Juga: Mobil bekas David Beckham, Aston Martin V8, ditawarkan dengan harga fantastis
Sikap yang terkesan hati-hati juga dijumpai pada PT Astra Honda Motor (AHM). Agen pemegang merek (APM) sepeda motor Honda tersebut sebenarnya sudah mengembangkan dan memproduksi PCX Electric di pabrik AHM yang berlokasi di Sunter, Jakarta.
Hanya saja, sejauh ini AHM mengaku masih belum berencana menjual PCX Electric secara massal ke konsumen ritel maupun fleet. Sebaliknya, AHM lebih memilih untuk mengkomersialisasikan sepeda motor listriknya melalui skema penyewaan rental secara business to business (B2B) dengan menyasar beberapa perusahaan seperti misalnya Grab, Gojek, dan lain-lain.
“Kami masih ingin melakukan kajian lebih lanjut dengan model bisnis yang ada,” General Manager Corporate Communication PT Astra Honda Motor (AHM) Ahmad Muhibbuddin kepada Kontan.co.id, Jumat (3/7).
Baca Juga: Tak terduga, angka penjualan mobil Tesla melonjak di kuartal kedua
Sementara itu, Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy menyebutkan, pihaknya belum memiliki rencana untuk memboyong kendaraan listrik ke Indonesia dalam waktu dekat.
Menurut Yusak, Honda sudah memiliki kesiapan untuk memboyong line up kendaraan listrik Honda ke Indonesia dari sisi teknologi. Apalagi, Honda juga sudah memiliki portfolio line up di semua jenis kendaraan listrik, baik di segmen hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), battery electric vehicle (BEV), hingga fuel cell electric vehicle (FCEV).
Namun demikian, Honda masih menahan rencana untuk membawa salah satu kendaraan listriknya ke Indonesia lantaran masih ingin mempelajari kebutuhan konsumen serta petunjuk teknis dari aturan kendaraan listrik yang sudah berlaku saat ini. “Penerapan teknologi elektrifikasi harus dipelajari dengan baik agar benar-benar seesuai dengan kebutuhan konsumen di Indonesia,” ujar Yusak saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/7).
Baca Juga: Rekor, Tesla salip Toyota sebagai perusahaan paling bernilai di Wall Street
Lain halnya dengan DFSK, AHM, dan HPM, sikap yang agak sedikit berbeda dijumpai pada PT Toyota Astra Motor (TAM). Agen pemegang merek kendaraan Toyota ini bahkan sudah memasarkan kendaraan listriknya pada lini hibirida (HEV) di Indonesia. Sebut saja misalnya Toyoya Camry hybrid, Toyota C-HR hybrid, dan Toyota Alphard hybrid.
Terbaru, TAM sudah mulai memasarkan Toyota Prius PHEV yang belum lama ini diluncurkan ke pasar Indonesia dengan menyasar customer fleet. Sejauh ini, kendaraan tersebut sudah mulai dijual ke Gojek dan masih akan dijajakan ke customer-customer fleet lainnya.
Direktur Pemasaran TAM, Anton Jimmi Suwandy mengungkapkan, pihaknya masih akan meluncurkan produk baru kendaraan listrik lainnya pada tahun ini meski tidak merinci jenis kendaraan listrik yang dimaksud. Pagebluk corona dinilai tidak menjadi halangan bagi Toyota untuk merealisasikan rencana ini. “Komitmen Toyota untuk elektrifikasi akan tetap berlanjut karena sifatnya jangka panjang,” ungkap Anton saat dihubungi Kontan.co.id.
Baca Juga: Bukan pajak, ini yang mau diatur Kemenhub soal transportasi sepeda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News