Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Menimbang situasi yang demikian, Juli mengharapkan adanya intervensi pemerintah dalam bentuk penetapan kuota impor keramik. "Tiap tahun pabrik lokal juga harus menambah efisiensi terus," kata Juli ketika dihubungi oleh Kontan.co.id (18/2).
Baca Juga: Harga gas US$ 6 per MMBTU berpotensi diperluas, begini respon FIPGB
Senada, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto berujar volume impor keramik dari China yang sebelumnya sempat menekan industri keramik dalam negeri memang mengalami penurunan di semester I 2019.
Namun demikian, volume impor keramik dari China kembali melonjak di semester kedua tahun lalu. Hal ini dikarenakan adanya beberapa upaya antisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah China seperti misalnya penurunan harga jual, pemberian fasilitas pengembalian pajak alias export tax refund bagi eksportir China, pelemahan nilai tukar Yuan, serta pengurangan ketebalan keramik untuk menekan biaya produksi dan distribusi.
Di sisi lain, impor keramik dari beberapa negara yang masuk ke dalam daftar negara yang dikecualikan dari ketetapan safeguard justru melonjak secara signifikan. Impor keramik India misalnya tercatat mengalami kenaikan hingga 1165% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari yang semula sebesar 1,2 juta m² di tahun 2018 menjadi 16 juta m² di tahun 2019.