Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah membangun ekosistem industri panel surya dengan menggandeng Singapura mendapatkan sambutan positif dari pelaku usaha.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengungkapkan, masih banyak hal yang sebenarnya belum tergambar dari rencana kerjasama dengan Singapura.
Meski demikian, AESI menilai pembangunan industri panel surya bakal memberikan dampak positif bagi Indonesia. "Indonesia perlu modul surya dengan potensi instalasi PLTS 5 GW per tahun setelah 2025," kata Fabby kepada Kontan, Kamis (16/3).
Baca Juga: Tahun 2023, Blue Bird Targetkan Tambah 200-500 Unit Armada Kendaraan Listrik
Kebutuhan modul surya pun diperkirakan akan terus meningkat seiring waktu sesuai target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060 mendatang.
Fabby menjelaskan, saat ini penggunaan teknologi silikon menguasai 85% hingga 90% pangsa solar PV dunia.
Untuk itu, jika pemeritah membangun industri panel surya dengan teknologi silikon maka perlu ada pembangunan pabrik metallurgical grade silicone (MGS), ingot, wafer, sel dan modul surya.
Menurutnya, seluruh tahapan ini membutuhkan investasi yang cukup besar dan memiliki skala keekonomian yang beragam.
"Adanya industri PLTS yang terintegrasi di Indonesia akan mendukung harga PLTS yang lebih kompetitif, nilai tambah ekonomi yang lebih besar, dan menjamin ketahanan energi Indonesia masa depan yang akan bergantung pada energi terbarukan," imbuh Fabby.
Baca Juga: Kementerian ESDM & Kemenperin Sudah Susun Peta Jalan Hilirisasi Nikel hingga 2045
Sementara itu, Chief of Commercial Officer Sun Energy Dion Jefferson mengungkapkan, rencana kerjasama ini bakal berdampak positif apalagi jika industri panel surya tercipta dari hulu hingga hilir.
Meski demikian, menurutnya saat ini industri energi surya masih menghadapi sejumlah tantangan yakni volume permintaan yang belum memadai. Menurutnya, dengan volume yang memadai maka pabrik dapat menawarkan produk dengan harga yang lebih kompetitif.
"(Perlu) memastikan kualitas, efisiensi, performa, garansi dan layanan purna jual yang dapat bersaing dengan produk impor," kata Dion ketika dihubungi Kontan, Kamis (16/3).
Baca Juga: Pabrik Glico Group di Indonesia Bakal Jadi yang Terbesar di Dunia
Dion menambahkan, ke depannya perlu ada kepastian untuk mendukung produk panel buatan dalam negeri dapat lebih bankable. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan pembiayaan dari investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News