Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Disrupsi teknologi pada industri manufaktur dapat berakibat negatif jika tidak sigap menghadapinya. Sebaliknya industri mempunyai kesempatan untuk berinovasi dan berevolusi jika melihatnya secara positif.
Managing Director Proven Force Indonesia (PFI), Suwandi Ardibrata mengatakan, industri manufaktur saat ini tidak terlepas dari pengaruh tekanan-tekanan teknologi, ekonomi, sosial, lingkungan dan tren pasar yang mulai saling berhubungan satu dengan lain.
"Tidak mudah bagi Industri manufaktur untuk mendikte pasar menerima produk yang tergolong usang dan tidak dikemas dengan inovasi," ujarnya, Kamis (11/1).
Suwandi mengatakan, disrupsi Industri manufaktur ini menjadi momentum dan kesempatan untuk berinovasi dan berevolusi. Seperti halnya peluang untuk menarik pelanggan baru, pasar baru, sumber material baru dan teknologi baru yang terbuka luas.
Ada beberapa kekuatan-kekuatan yang menyebabkan terjadinya disrupsi pada industri manufaktur. Pertama, customized demand yakni perubahan pada permintaan pelanggan yang menginginkan lebih banyak penyesuaian dan personalisasi.
Kedua, produk. "Dengan semakin bermunculan manufaktur yang smart dengan konektivitas yang baik, produknya akan lebih bergeser dari sebelumnya yang bodoh menjadi pintar," jelas Suwandi.
Ketiga, produksi yang ekonomis. Metode manufaktur yang canggih telah mengubah nilai ekonomis dalam berproduksi. Keempat, value chain yang ekonomis, inteligensi dan masukan-masukan yang didukung oleh digitalisasi manufaktur telah mendorong revolusi nilai ekonomis value chain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News