kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,37   -3,13   -0.34%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemain baja asing melirik pasar lokal


Senin, 06 Mei 2013 / 09:19 WIB
Pemain baja asing melirik pasar lokal
ILUSTRASI. Pensiunkan PLTU bertahap, PLN imbangi dengan optimalisasi pembangkit untuk dapat menekan emisi yang dihasilkan.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Pasar baja domestik yang gemuk membuat pebisnis baja global kian melirik pasar dalam negeri. Apalagi, pasar baja dunia masih lesu terimbas krisis ekonomi.

Menurut Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, permintaan baja di tanah air berkisar
10 juta ton per tahun dengan rata-rata pertumbuhan bisnisnya antara 6%–8%. Padahal produksi baja domestik baru berkisar antara 5 juta–6 juta ton per tahun.

Jelas, ini kesempatan emas bagi produsen baja dunia masuk ke pasar domestik. Apalagi, mereka sempat membatasi kapasitas produksi akibat permintaan baja dunia yang cenderung turun.

Salah satunya adalah Fosun International Limited. Pabrikan baja asal China ini akan membangun pabrik baja blast furnace atau pelebur besi
di sekitar Medan, Sumatra Utara. Untuk merealisasikan investasi ini, Fosun akan menggandeng produsen baja lokal, PT Gunung Gahapi Sakti, anak usaha dari Gunung Steel Group.

Panggah bilang, Fosun akan menginvestasikan dana sebesar US$ 200 juta untuk mendirikan pabrik tersebut dalam dua tahap. "Tahap pertama investasi sebesar US$ 100 juta dan tahap kedua sisanya," katanya, akhir pekan lalu.

Pada tahap pertama, pabrik ini akan memproduksi sekitar 500.000 ton slab dan billet (baja setengah jadi) per tahun. Kapasitas produksi bahan baku baja ini akan dilipatgandakan pada tahap kedua. Bila terealisasi, produksi pabrik tersebut akan mengikis impor bahan baku baja.

Sebelumnya, produsen baja asal India, Essar Steel, juga berniat memperbesar kapasitas produksi baja lembaran canai dingin atau cold rolled coil (CRC) hingga 75%. Lewat anak usaha di Indonesia, PT Essar Indonesia, perusahaan ini ingin menggenjot kapasitas produksi menjadi 700.000 ton per tahun mulai tahun depan. Kini, kapasitas produksi Essan Indonesia sebesar 400.000 ton per tahun.

Untuk itu Essar Indonesia akan membangun pabrik di Cibitung, Jawa Barat, dengan nilai investasi US$ 125 juta. Saat ini Essar Indonesia sudah memiliki pabrik baja di Cikarang, Bekasi.

Panggah bilang, niat Essar untuk menggenjot produksi CRC didorong oleh jurang antara permintaan dan pasokan baja di Indonesia yang masih tinggi. Kebutuhan CRC di Indonesia bisa mencapai 2,5 juta ton per tahun. Sementara, PT Krakatau Steel Tbk sebagai produsen terbesar CRC, baru bisa memasok 30% dari total kebutuhan tersebut.

Rencananya, penambahan kapasitas produksi ini akan dilakukan pada kuartal kedua tahun ini. “Ekspansi ini diharap berlangsung secepatnya agar bisa memenuhi kebutuhan domestik,” ujar Panggah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×