Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - PONTIANAK. Perusahaan patungan Inalum dan Antam yakni PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) melakukan groundbreaking Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar). Diharapkan dari pembangunan smelter tersebut dapat menghemat devisa akibat impor alumina.
Oggy Achmad Kosasih, Direktur Pelaksana PT Inalum menyebutkan bahwa proyek smelter tersebut terus dikebut lantaran dapat menghemat devisa karena impor. "Dengan produksi sendiri, alumina tak impor lagi artinya penghematan devisa," ujarnya sebelum proses groundbreaking di Mempawah, Kalbar, Kamis (4/4).
Ia memproyeksikan dengan harga alumina saat ini bisa hemat devisa US$ 200 juta - US$ 250 juta per tahun. Adapun penghematan devisa tersebut lantaran pabrik yang akan mulai beroperasi kuartal I 2022 ini ditargetkan mampu menghasilkan 1 juta ton yang mana melebihi kebutuhan alumina nasional sebesar 500.000 ton.
Untuk diketahui selama ini untuk menjawab kebutuhan alumina nasional, PT Inalum selalu melakukan impor dari Australia.
Pembangunan smelter di atas lahan 288 hektare (ha) tersebut membutuhkan nilai investasi sebesar US$ 850 juta yang mana sumber dana 30% berasal dari ekuitas dan 70% pendanaan bank. Oggy menyebutkan saat ini ada beberapa bank yang tertarik untuk memberikan pembiayaan.
"Dua bank dari luar negeri dan satu domestik, tapi masih pilih-pilih belum ditentukan," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya juga terus membuka kemungkinan untuk investor masuk yang mana diharapkan dapat meringankan investasi dari ekuitas. Sayang untuk porsi sahamnya ia masih enggan mengungkapkan.
Oggy menurutkan pemilihan Mempawah sebagai lokasi pembangunan lantaran potensi daerah sebagai pertambangan bauksit. "Jadi bauksit itu dimiliki Antam sehingga kami buat sinergi seperti itu. Bagi Antam ini sebagai proyek hilirisasi, bagi kami untuk mengamankan integrasi industri aluminium," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News