kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.409   -26,00   -0,16%
  • IDX 7.172   30,54   0,43%
  • KOMPAS100 1.044   3,16   0,30%
  • LQ45 813   1,58   0,19%
  • ISSI 225   0,08   0,04%
  • IDX30 425   1,08   0,25%
  • IDXHIDIV20 510   -0,54   -0,11%
  • IDX80 117   0,01   0,01%
  • IDXV30 121   -0,61   -0,50%
  • IDXQ30 140   0,12   0,08%

Pembatasan udang India oleh AS belum tentu untungkan petambak lokal


Senin, 26 Maret 2018 / 19:45 WIB
Pembatasan udang India oleh AS belum tentu untungkan petambak lokal
ILUSTRASI. PEMBANGUNAN LANDASAN PACU BANDARA NYIA


Reporter: Abdul Basith | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana menerapkan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) bagi komoditas udang dari India dan Vietnam.

AS rencananya menaikkan bea masuk udang India menjadi 2,34% setelah sebelumnya 0,84%. Sementara udang dari Vietnam yang sebelumnya dikenai bea masuk 4,8% akan naik hingga 25,39%.

Langkah AS ini dianggap membuka peluang bagi ekspor udang Indonesia. Pasalnya saat ini AS merupakan negara tujuan pertama ekspor udang Indonesia.

"Ekspor udang Indonesia 60% ke AS," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Budhi Wibowo kepada Kontan.co.id, Senin (26/3).

Dia bilang, dampaknya terhadap komoditas Indonesia akan terlihat setelah BMAD diterapkan. 

Di sisi lain, Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Sutanto rencana penerapan BMAD belum tentu menguntungkan bagi Indonesia. "Belum tentu ada manfaat karena perbaikan harga belum tentu dan petambak Indonesia belum panen karena penyakit," terang Iwan.

Berada di antara negara yang terkena BMAD bukan kali pertama dialami Indonesia. Iwan menceritakan, bahwa pada tahun 2002 hingga 2003, Indonesia berhasil lolos dari penerapan BMAD oleh AS. Saat itu beberapa negara seperti China, Vietnam, dan Thailand dikenakan BMAD oleh AS.

Sementara itu, Indonesia berhasil lolos karena tidak mendapat subsidi dari pemerintah. Namun momen tersebut tidak dinikmati oleh petambak Indonesia.

"BMAD harusnya menjadi keuntungan bagi Indonesia. Tetapi yang terjadi sebliknya, udang dari China, Vietnam, dan Thailand melakukan transhipment lalu diekspor dari Indonesia," jelas Iwan.

Impor yang berganti surat itu akan berdampak buruk bagi petambak udang. Selain menekan harga udang, kulitas udang negara tersebut akan mempengaruhi citra udang Indonesia.

Dia mensinyalir, aksi ini bisa kembali terjadi. Pasalnya, eksportir bisa tergiur dengan harga udang impor yang murah, bukan mengirim udang lokal. 

Iwan bilang, harga udang India per kilogram (kg) lebih murah Rp 20.000 bila dibandingkan dengan udang Indonesia. "Kami mensinyair adanya impor dari negara yang terkena BMAD," ucap Iwan.

"Kalau udang tersebut mengandung penyakit, yang berdampak buruk udang Indonesia," ungkap Iwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×