kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah didesak untuk segera beralih dari pembangkit fosil ke pembangkit EBT


Jumat, 14 Agustus 2020 / 15:47 WIB
Pemerintah didesak untuk segera beralih dari pembangkit fosil ke pembangkit EBT
ILUSTRASI. Pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi dan pengamat mendesak pemerintah untuk mulai mengambil langkah transisi pembangkit fosil tua ke pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menuturkan, merujuk studi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), transisi ke pembangkit EBT bakal mendorong ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6%.

"Untuk keluar dari middle income trap dan memanfaatkan bonus integrasi maka strategi mengurangi gas rumah kaca (secara) ambisius dengan mendorong EBT lebih besar adalah keniscayaan," kata dia dalam diskusi virtual, Jumat (14/8).

Baca Juga: Kementerian ESDM: Perlu ada akselerasi demi kejar target bauran EBT 23%

Fabby melanjutkan, sektor kelistrikan berkontribusi cukup besar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca. Adapun, sumbangsih terbesar berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Ia memastikan demi mencapai komitmen pengurangan emisi dalam Paris Agreement maka perlu ada transisi PLTU secara bertahap.

"Demi cegah kenaikan temperatur di bawah 2 derajat, diperlukan phase out pembangkit batubara sebelum 2050. Tanpa itu kita (tetap) berada di 3 derajat," terang Fabby.

Lebih jelas dia bilang, saat ini tercatat ada 2.135 uit pembangkit fosil tua dengan kapasitas 13.345,1 Mega Watt (MW) yang telah beroperasi di atas 15 tahun. Dari besaran tersebut, PLTU sebanyak 23 unit berkapasitas 5.655 MW, PLTGU 46 unit berkapasitas 5.912,2 MW, dan PLTD 2.246 unit berkapasitas 1.777,9 MW.

Ia menyebut, transisi pembangkit fosil tua perlu dibarengi dengan pengembangan EBT secara masif.

"Pengembangan EBT sebagai stimulus ekonomi efektif pasca Covid-19, (punya) multiplier effect yang besar dan turunkan emisi gas rumah kaca," ujar Fabby.

Baca Juga: Menteri ESDM soroti pengembangan bioenergi dan energi samudera dalam pemanfaatan EBT

Senada, Masyarakat Energi Baru Terbarukan Indonesia (METI) menilai perlu ada transisi demi mencapai target penurunan emisi karbon sebesar 29% sesuaikomitmen Indonesia dalam Paris Agreement.

Ketua Umum METI Surya Darma mengungkapkan perlu ada kajian sejumlah proyek pembangkit dalam megaproyek 35.000 MW yang mengalami kendala selama pandemi covid-19.

"Misalnya  program 35.000 MW dilanjutkan semuanya atau ada yang perlu di hold sesuai perkembangan covid-19 yang terdampak. Kalau ini di hold ada beberapa, mungkin bisa dilanjutkan dan renegosiasi ulang atau benar benar diganti pembangkit EBT," ungkap Surya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×