Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Beberapa waktu ke depan produksi gas di Indonesia akan semakin melimpah bahkan berlebihan (surplus). Hal ini dipicu mulai beroperasinya sejumlah lapangan gas dengan potensi yang besar.
Dalam catatan Kementerian ESDM, cadangan gas bumi di Indonesia sekitar 54,83 Triliun Kaki Kubik Persegi (Trillion Cubic Feet/TCF) yang dinyatakan proven, probable dan possible (3 P) dari lapangan migas yang tersebar dari Sumatera, Jawa, Kalimantan Sulawesi hingga Papua.
Berdasarkan Neraca Gas Indonesia 2022-2030, Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dari lapangan migas yang ada.
Baca Juga: Produksi LNG Terkerek, Pasar Domestik dan Global Masih Menarik
Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia juga diperkirakan akan mengalami surplus gas hingga 1.715 juta standar kaki kubik per hari (million standrd cubic feet per day /MMSCFD) yang berasal dari beberapa proyek potensial.
Meski demikian, optimisme temuan cadangan gas bumi tersebut juga diikuti dengan peningkatan volume pemanfaatan gas bumi domestik.
Sampai dengan Agustus 2023, tercatat volume pemanfaatan gas bumi domestik mencapai 3,725 BBTUD.
Sejak 2012 hingga saat ini, volume dan nilai pemanfaatan gas bumi untuk domestik lebih besar dibandingkan ekspornya.
Ke depannya, pemerintah akan terus mendorong pemanfaatan gas untuk domestik dengan menciptakan industri hilirisasi gas.
Salah satu proyek yang akan dibangun ialah amonia biru (blue ammonia).
Baca Juga: Membangun Masa Depan: APBN 2024 Sebagai Pondasi Menuju Indonesia Maju 2045
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan, pemerintah akan membangun hilirisasi gas alam menjadi low carbon ammonia dengan rencana produksi 875.000 ton per tahun Blue Ammonia, yang akan digunakan untuk co-firing di pembangkit listrik dan juga di pabrik baja.
"Proyek-proyek hilirisasi tersebut merepresentasikan ketangguhan atau daya tahan industri hulu migas Indonesia dalam menjalankan tugasnya di tengah dinamika dan tantangan baik yang bersifat global maupun nasional", ujar Arifin dalam peresmian proyek Tangguh Train 3 di Bintuni, Jumat (24/11).
Demi memperkuat penyerapan domestik, pemerintah juga merancang desain pemanfaatan gas bumi nasional dengan menyesuaikan pasokan dari hulu dengan kebutuhan di hilir.
Baca Juga: BPH Migas Pantau Pendistribusian BBM Subsidi dan Minyak Tanah di Sorong
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan untuk memanfaatkan gas yang melimpah, ada dua strategi besar yang akan diarahkan oleh pemerintah.
“Pertama, mengembangkan hilirisasi industri yang di depan menjadi industri tulang punggung negara kita. Jadi gas tidak hanya dimanfaatkan sebagai energi, tetapi juga bahan baku (feedstock),” jelasnya dalam webinar beberapa waktu lalu.
Kedua, gas dimanfaatkan sebagai jembatan transisi energi dari bahan bakar minyak (BBM) ke energi yang lebih bersih.
Tutuka menyatakan, pemerintah mengembagkan pendekatan pengembangan gas terintegrasi hulu hilir.
Jadi setiap ada penemuan di hulu perlu dihubungkan dengan kebutuhan di hilir misalnya dari industri manufaktur.
“Jadi pemerintah akan menempatkannya di Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional (RJPMN) dan dihubungkan antara hulu dan hilir gas, berikut dengan dukungan infrastrukturnya,” jelasnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan Proyek Tangguh Train 3, Nilai Investasi Capai Rp 72,45 T
Dia mencontohkan, produksi gas di Andaman akan dihubungkan dengan pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM) 3.
Kemudian, produksi gas di Sulawesi bisa dikirim untuk kebutuhan industri methanol.
Atau produksi gas di Genting Oil, Proyek Asap Kido Merah (AKM) akan dialihkan gasnya untuk pembangunan industri pupuk di Fakfak.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi menambahkan, kebutuhan gas bumi atau LNG dunia diperkirakan masih sangat banyak dan harganya tetap bertahan pada level yang cukup tinggi.
Tingginya harga LNG ini dipicu oleh beberapa faktor, yakni kebutuhannya gas dunia masih tinggi dan adanya konflik-konflik geopolitik global yang berimbas pada makin mendidihnya harga energi (minyak dan gas).
“Oleh karena itu, SKK Migas sudah aktif berdiskusi dengan calon buyer, termasuk pembeli luar negeri yang menyatakan ketertarikan. Baik eksisting buyer yang ingin memperpanjang maupun calon buyer yang baru,” terangnya belum lama ini.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Amonia Hijau Jadi Sumber Energi Baru
Dia menegaskan, pemanfaatan gas tetap akan diprioritaskan untuk industri dalam negeri dengan mempertimbangkan kemampuan permintaan, ketersediaan infrastruktur, dan keekonomian lapangan.
Kurnia menyatakan, pihaknya bersama dengan KKKS sudah berdiskusi dan yakin bahwa permintaan LNG masih sangat tinggi ke depannya.
Maka itu, pengembangan lapangan, pengembangan perencanaan lapangan migas baru, atau rencana produksi KKKS tetap berjalan di jalurnya.
“Rencana produksi KKKS sudah memperhitungkan dan mengasumsikan skenario penjualan gas di masa depan, apakah akan disalurkan ke domestik, ekspor, atau kombinasinya,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News