kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah revisi lagi target produksi padi


Rabu, 09 Juli 2014 / 10:13 WIB
Pemerintah revisi lagi target produksi padi
ILUSTRASI. IHSG berpeluang melanjutkan penguatan pada Rabu (8/2). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Memasuki tengah tahun, Kementerian Pertanian (Kementan) kembali merevisi target produksi padi. Revisi dilakukan dengan alasan kondisi bencana awal tahun dan El Nino atau musim kemarau panjang yang mulai menyapa daerah Indonesia.

Meski produksi turun Kementan meyakini swasembada pangan masih tercapai, sekalipun tetap impor. Jika awal tahun, Kementan optimisi hingga akhir tahun, produksi mencapai 76 juta ton gabah kering giling (GKG).

Namun pada Mei lalu, Kementan merevisi produksi mencapai 73 juta ton GKG. Memasuki Juli, Kementan kembali merevisi target produksi menjadi 71 juta ton GKG atau sama dengan pencapaian produksi padi tahun 2013. Padahal sebelumnya, Badan Pusa Statistik (BPS) melansir angka ramalan (ARAM I) produksi padi 2014 sebesar 69,87 juta ton.

Haryono, (PLT) Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menjelaskan, datangnya El Nino akan membuat musim tanam akan mundur pada daerah tertentu. Berikut juga bayang-bayang penyakit blas padi yang kerap terjadi pada musim kering. Meskipun ramalan datangnya El Nino diperkirakan lemah, namun kondisi ini diyakini menurunkan produktifitas padi. Alhasil, produksi padi tahun ini diperkirakan turun.

"Target kami produksi kami kembali 71 juta GBK. Harus diakui pada awal tahun penetapan target produksi padi terlalu tinggi demi surplus yang besar. Sementara luas lahan tanam juga tidak bertambah," kata Haryono pada Selasa (8/7) kemaren.

Target 71 juta GBK dengan asumsi adanya penambahan luas tanam sebesar 1 juta hektar (ha). Meski begitu, Haryono yang juga merangkap Kelapa Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang Pertanian) meyakini surplus beras masih akan terjadi. Walaupun impor beras tetap akan dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×